Sabtu, 26 Maret 2016

LEE KUAN YEW, SANG MACAN ASIA


Singapura adalah sebuah negara kota (city-state) di wilayah Selat Malaka yang kini menjadi salah satu pusat perdagangan dan keuangan termakmur di dunia. Pada era pra 1960-an, Singapura dikenal sebagai sebuah pulau atau kota jajahan Inggris di wilayah Asia Tenggara yang kumuh, terbelakang, dan diramalkan tidak dapat berkembang. Namun, berkat tangan dingin Lee Kuan Yew, kini semua prediksi itu dapat diputarbalikkan secara menakjubkan dan membawa Singapura menjadi negara dengan pencapaian ekonomi yang dikagumi seluruh dunia.

Dengan pandangannya yang amat pragmatis, Lee Kuan Yew berhasil mengubah Singapura dari sebuah pulau kecil yang tidak memiliki sumber daya alam menjadi sebuah keberhasilan ekonomi.
Penggabungan antara kapitalisme negara dan pribadi yang diterapkannya menjadikan Singapura sebagai sesuatu yang sering disebut pengamat sebagai "The Miracle of Asia" ("keajaiban di Asia")

Singapura saat ini merupakan negara dengan pendapatan per kapita terbesar di Asia Tenggara. Bahkan di dunia, pendapatan per kapita rakyat Singapura selalu menempati posisi 10 besar. Saat Lee Kuan Yew mengambil alih kepemimpinan di Singapura, PDB per kapita negara tersebut hanya sebesar $400 dan kini berada di kisaran $60.000.

Jalanan Singapura, 1960
Jalanan Singapura, 2019

Di bawah kepemimpinan Lee, Singapura menjadi sejahtera, modern, efisien, dan bebas korupsi sehingga mengundang para investor asing berdatangan ke negaranya.

Namun di balik keberhasilan ekonomi itu, tak sedikit yang mengecam catatan hak asasi manusia di negara pulau tersebut.


MASA AWAL

Lahir pada 16 September 1923 di Singapura, Lee Kuan Yew merupakan generasi ketiga dari pendatang asal Tiongkok. Lee Kuan Yew juga memiliki darah Jawa dari neneknya (Ko Lien Nio), yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah.

Ia dibesarkan dengan pengaruh Inggris yang kuat dan kakeknya memanggilnya dengan "Harry Lee", yang menjadi nama panggilannya pada masa kecilnya.

Lee muda menjalani pendidikan di sebuah sekolah Inggris di Singapura. Namun, pendidikan lanjutannya terganggu oleh pendudukan Jepang di Asia Tenggara pada tahun 1942.

Selama tiga tahun, ia terlibat dalam perdagangan gelap namun pada saat bersamaan menggunakan bahasa Inggrisnya untuk bekerja di departemen propaganda Jepang.

Setelah perang, Lee terbang ke London untuk belajar di London School of Economics (LSE), sebelum kemudian pindah belajar hukum di Universitas Cambridge.

Ketika hidup di Inggris, Lee Kuan Yew menjadi pemuja Radio BBC World Service dan ikut serta berkampanye untuk kawan satu universitasnya yang mencalonkan diri sebagai anggota parlemen untuk daerah pemilihan Devon, London Barat.

Lee Kuan Yew, yang menganut ideologi sosialisme pada masa kuliah, akhirnya pulang ke tanah kelahirannya, Singapura, dan menjadi penasehat hukum serikat buruh yang terkenal.


MENJADI PERDANA MENTERI

Tahun 1954, Lee Kuan Yew mendirikan Partai Aksi Rakyat (People's Action Party / PAP), dan sekaligus menjadi Sekretaris Jenderal PAP yang pertama, yang kemudian dijabatnya selama hampir 40 tahun.

PAP kemudian meraih suara mayoritas dalam pemilihan umum 1959 dan di tahun yang sama, Singapura resmi lepas dari kendali Inggris.

Tahun 1963, Lee kemudian membawa Singapura bergabung dengan Federasi Malaysia namun rangkaian kekerasan antar-etnis, membuat Singapura dikeluarkan dari Federasi Malaysia dan kemudian menjadi negara merdeka sepenuhnya pada tahun 1965.

Walau lepas dari Malaysia, hubungan dagang dan militer tetap terjalin sementara Inggris mempertahankan pangkalannya di Singapura untuk mendukung pertahanan bersama Singapura dan Malaysia.

Setelah resmi merdeka, Singapura bukan tanpa masalah. Negara tanpa sumber daya alam dan sering kekurangan air itu sempat membuat Lee Kuan Yew bingung. Untungnya berkat nasihat Dr Albert Winsemius, seorang ekonom Belanda, Singapura perlahan-lahan berjaya. Nasihat Winsemius kepada Lee saat itu adalah membuat kesepakatan pasar dengan Malaysia sekaligus menawarkan kerja sama perdagangan dengan Indonesia.

Oleh Winsemius, Lee juga diminta membuka peluang pasar di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Tidak hanya melakukan saran Winsemius, Lee kemudian juga berinisiatif membentuk Singapore Tourist Promotion Board. Ketika industri mulai bergerak, pengusaha lokal di berbagai usaha, seperti kosmetik, minyak goreng, krim rambut, bahkan kapur barus diberikannya insentif.

Dengan perekonomian yang mulai bertumbuh, beberapa investor pun mulai memindahkan industri mainan, tekstil, dan garmennya ke Singapura. Beberapa peninggalan Inggris pun dimanfaatkan Lee untuk membangun negaranya. Properti seperti tangsi militer milik Inggris di daerah Pasir Panjang yang disulap menjadi Universitas Nasional Singapura (NUS), pangkalan AU Inggris di Changi yang menjadi Bandara Internasional Changi, dan dok perkapalan di Sembawang yang kemudian disewakan kepada Amerika Serikat, sukses dijadikan Lee sebagai pendukung peningkatan perekonomian.

Lee Kuan Yew pun mulai menerapkan program reformasi besar-besaran untuk mengubah Singapura dari yang pernah disebut 'limbah kemelaratan dan degradasi' menjadi negara industri modern. Dan tak ada yang bisa menyangkal keberhasilan Lee Kuan Yew dalam reformasi tersebut.


KEBIJAKAN

Apa kunci keberhasilan Lee Kuan Yew membangun Singapura itu? Kebijakan apakah yang ditempuh? Berikut ini adalah kebijakan dan warisan Lee Kuan Yew terhadap Singapura.


1. Membuat Undang-Undang (UU)

Salah satu konsep yang diterapkan Lee Kuan Yew dalam membangun Singapura adalah membuat Undang-Undang (UU). Dia percaya bahwa UU yang bermanfaat merupakan sebuah kerangka dasar bagi stabilitas sosial dan pembangunan nasional.


2. Membatasi Demokrasi

Lee Kuan Yew dikenal sebagai pimpinan bertangan besi. Tak jarang gayanya yang otoriter membuatnya banyak dikritik oleh lawan politiknya.

Untuk menjamin keberhasilan transformasi Singapura, Lee menerapkan pengendalian politik yang ketat atas aspek-aspek kehidupan, yang membuat negara itu menjadi masyarakat yang paling diatur di dunia.

Kebijakan Lee Kuan Yew itu dan caranya memimpin mendapat banyak kritik dari negara Barat karena membatasi demokrasi atau kebebasan berpendapat di Singapura. Namun, dia memiliki pendapat tersendiri mengenai demokrasi.

"Saya tidak pernah khawatir yang berlebihan atau terobsesi dengan sebuah jajak pendapat. Antara dicintai dan menjadi takut, saya selalu percaya Machiavelli benar. Jika tidak ada yang takut terhadap saya, maka saya tidak berarti apa-apa,” ungkap Lee Kuan Yew, ketika itu.

Dia menyatakan bahwa setelah masyarakat memilih pemimpin maka harus menerima undang-undang yang diberlakukan dan membuat upaya bersama untuk mencapai tujuan pembangunan.

Dia kemudian menangkap para pengkritiknya tanpa lewat pengadilan, membatasi kebebasan media dan penerbitan asing, termasuk menangkap sejumlah wartawan.

"Kebebasan pers, kebebasan media berita harus di bawah kebutuhan integritas Singapura," ungkapnya lagi, suatu waktu.

Untuk membenarkan tindakannya, Lee menuduh bahwa koran-koran didanai dari kepentingan asing yang jahat.

Sebagian pengecamnya mengatakan tindakan itu tidak diperlukan karena dengan menguasai semua kursi di parlemen maka ada jaminan untuk dukungan penuh program-programnya tanpa mengambil langkah-langkah penindasan.

Lee, yang menegaskan dirinya anti-Komunis, malah dituduh menerapkan pemerintahan gaya komunis melalui kebijakan-kebijakannya.

Namun berbeda dengan negara komunis pada umumnya, rakyat Singapura justru menikmati keuntungan dan keberhasilan ekonomi dari gaya kepemimpinan Lee.

Dari tahun 1960 hingga 1980, pendapatan per kapita Singapura meningkat sampai 15 kali lipat.


3. Mempromosikan Pembangunan Ekonomi

Lee mendorong inovasi dan membuka pintu untuk dunia luar. Dia mengatakan bahwa kualitas sumber daya suatu bangsa ada pada sumber daya manusia, yang menjadi faktor paling menentukan dalam daya saing nasional.

Di bawah peraturannya, pelaksanaan kebijakan ekonomi internasional telah membuat Singapura menjadi salah satu basis manufaktur yang paling penting dari ekspor dan impor.


4. Membangun Infrastruktur

Kebijakan ekonomi Lee Kuan Yew menitikberatkan kepada pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Hal tersebut sukses menjadikan Singapura sebagai tujuan investasi yang menarik juga menjadi tujuan bagi talenta-talenta dari seluruh dunia. Kebijakan Lee yang menjadikan Singapura sukses dari sisi ekonomi antara lain membangun infrastruktur dengan serius, menerapkan sistem perpajakan rendah dan transparan, serta membangun birokrasi yang bersih dan efisien. Lee juga membangun kerangka regulasi dan hukum yang kuat, yang memberikan kejelasan bagi para investor di Negeri Singa tersebut. Kebijakan Lee untuk membangun Singapura dengan konsep “kota hijau” juga ikut berperan terhadap suksesnya ekonomi Singapura.

Beberapa kebijakan infrastruktur yang menjadi kunci kebangkitan Singapura pada masa pemerintahan Lee adalah pembangunan Bandara Changi yang difungsikan sebagai perhubungan transportasi di kawasan Asia Tenggara setelah negeri tersebut memperluas Bandara Paya Lebar. Pemosisian negeri tersebut sebagai penghubung di laut dan udara untuk aktivitas negara-negara tetangganya, membuat Singapura bisa menikmati kedudukan sebagai tempat transit terpenting untuk bisnis multinasional di kawasan Asia.


5. Peraturan Wajib Militer

Lee diminta untuk membangun Angkatan Bersenjata Singapura (SAF). Dia meminta bantuan dari negara-negara lain, khususnya Israel, seperti nasihat pelatihan dan fasilitas.

Lee memperkenalkan wajib militer. Semua laki-laki bertubuh sehat di usia 18 tahun ke atas diwajibkan untuk mengikuti Jasa Nasional (NS), baik di Angkatan Bersenjata, Kepolisian, maupun Angkatan Pertahanan Sipil Singapura.


6. Sistem Kesejahteraan Yang Unik

Lee menerapkan sistem Central Provident Fund. Ini merupakan sebuah sistem bagi warga Singapura yang sudah bekerja untuk wajib menabung atau memiliki tabungan, terutama guna dana pensiun, kesehatan, dan kebutuhan rumah tangga.


7. Menekankan Pentingnya Pengetahuan

Lee menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa induk di Singapura, sedangkan Mandarin sebagai bahasa kedua Singapura. Dia ingin membentuk pola pikir Inggris pada warga Singapura. Dia menekankan pentingnya pengetahuan dalam transformasi ekonomi tetapi juga menolak pemisahan klasik antara beasiswa dan kewirausahaan.


8. Menggalakkan Program Imigrasi

Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas, Lee melakukan kebijakan untuk menggalakkan imigrasi ke negaranya. Lee kemudian meminta kepada masyarakat Singapura untuk membantu mereka beradaptasi di lingkungannya. Hingga saat ini Singapura merupakan salah satu negara yang ramah terhadap imigran, terutama para imigran yang memang memiliki kualitas tinggi.


9. Memberantas Korupsi dan Menerapkan Program Kerakyatan

Dalam upaya membangun Singapura, Lee juga menempuh langkah-langkah pemberantasan korupsi dan mewujudkan kebijakan rumah murah serta program industrialisasi untuk menciptakan lapangan kerja.

Pada saat yang bersamaan dia merangkum etnis-etnis yang beragam untuk menciptakan satu identitas unik Singapura yang didasarkan pada multikulturalisme.

Masa kecilnya di sekolah tampaknya membuat dia percaya pada hukuman fisik.

"Saya duduk membungkuk di kursi dan mendapat tiga kali (pukulan). Saya tidak pernah mengerti kenapa para pendidik di Barat amat menentang hukuman fisik. Tidak ada bahayanya bagi saya dan kawan-kawan di sekolah."


10. Melakukan Rekayasa Sosial

Kebijakan yang juga dilaksanakan dengan dengan ketat oleh Lee adalah keluarga berencana, dengan memberi hukuman kepada orang tua yang memiliki lebih dari dua anak lewat sistem pajak.

Namun belakangan Singapura mendorong agar para perempuan tamatan universitas memiliki lebih banyak anak dengan mengecualikan mereka dari kebijakan keluarga berencana, yang masih diperlakukan bagi perempuan yang tidak tamat universitas.

Pemerintah Singapura secara sistematis juga berupaya untuk membentuk warganya agar berperilaku sopan, tidak bising, menyiram WC, dan tidak mengunyah permen karet. Bila ada yang melanggar hal tersebut, Lee tak segan memberikan hukuman pajak kepada warganya.

"Kami disebut negara pengasuh," kata Lee dalam salah satu wawancara dengan BBC.

"Namun hasilnya adalah saat ini kami berperilaku lebih baik dan kami hidup di tempat yang lebih bisa diterima dibanding 30 tahun lalu," tambahnya.

Walau menikmati standar hidup tinggi, sejumlah para pemilih muda mulai menolaknya dan bergeser ke partai oposisi namun tetap saja partainya selalu menang pemilu dengan suara mutlak.


11. Menekankan Pembangunan Sumber Daya Manusia

Lee Kuan Yew percaya bahwa kualitas sumber daya manusia sebuah negara merupakan hal mendasar yang akan menentukan kualitas daya saing dari negara tersebut. Lee sangat menitikberatkan pentingnya ilmu pengetahuan dalam mendukung transformasi di bidang ekonomi. Lebih jauh Lee menolak untuk membedakan pentingnya akademisi dan entrepreneur. Ia berpendapat bahwa seorang akademisi harus juga menjadi penemu, inovator, pedagang dan entrepreneur, dan mereka harus bisa memberikan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.


KONTRIBUSI PADA NEGARA TETANGGA

Selain membangun negaranya, Lee Kuan Yew juga ikut berkontribusi pada kemajuan negara-negara tetangganya, termasuk Indonesia. Berikut adalah beberapa kontribusi Lee Kuan Yew pada pembangunan Indonesia.


1. Mendirikan ASEAN

Lee Kuan Yew merupakan salah satu tokoh penggagas berdirinya ASEAN bersama dengan Soeharto dan tokoh lainnya dari Malaysia, Filipina, serta Thailand.


2. Berkontribusi Pada Kemajuan Kota Batam

Lee Kuan Yew merupakan salah satu tokoh yang turut bekerjasama dalam membangun Batam bersama dengan Presiden Soeharto dan Ketua Otorita Batam yang merangkap Menristek, Bacharuddin Jusuf Habibie. Berkat kontribusinya, Batam bertransformasi dari sebuah pulau kosong yang berpenduduk sedikit menjadi salah satu pusat investasi dan motor penggerak perekonomian nasional Indonesia dan juga memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat di Indonesia dan Asia Tenggara.

Warisan Lee Kuan Yew di Kota Batam adalah ikut mendirikan kawasan industri Batamindo bersama dengan Soeharto dan B.J. Habibie. Selain itu, ia juga ikut mendirikan kawasan pembangunan Sijori yaitu Singapura, Johor, dan Riau bersama dengan Soeharto dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad.


3. Saran Kepada Indonesia

Lee Kuan Yew pernah mengemukakan saran kepada Indonesia apabila ingin menjadi negara maju. Di dalam bukunya yang berjudul "One Man's View of the World", jika Indonesia ingin maju ada tiga hal yang harus dibenahi, yakni: (1) Membenahi kemacetan politik; (2) Menghilangkan praktik korupsi; dan (3) Membangun infrastruktur yang baik untuk menunjang perekonomian.


PENGUNDURAN DIRI DAN WARISAN

Tahun 1990 Lee mengundurkan diri setelah meraih kemenangan dalam tujuh pemilu dan merupakan perdana menteri dengan jabatan terlama di dunia.

Di bawah kepemimpinannya, Singapura bertransformasi dari negara berkembang menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan dunia.

Beberapa pihak berpendapat keberhasilan Singapura dibayar dengan pembatasan hak-hak pribadi dan media, namun formulanya jelas, membuat Singapura menjadi negara kecil dengan kekuatan besar.

"Di dunia yang berbeda, kita perlu menemukan niche (ceruk) untuk diri sendiri, satu sudut yang biarpun ukuran kita kecil, kita bisa tampil dengan peran yang berguna untuk seluruh dunia." jelasnya dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV Tiongkok tahun 2005.

Lee Kuan Yew telah menorehkan banyak prestasi dan mewariskan kemakmuran bagi Singapura. Prestasi terbesarnya mungkin ada pada kesuksesannya menjadikan Singapura negeri meritokrasi, bebas korupsi, dan setara bagi semua ras. Selain itu, Lee juga berhasil membantu membentuk Singapura menjadi salah satu kota dengan tata kelola yang terbaik di seluruh dunia.

Prestasi lain yang telah ditorehkan Lee adalah program pengadaan rumah susun atau apartemen yang layak bagi masyarakat Singapura ekonomi rendah dan menengah melalui strategi Housing Development Board (HDB).

Pada 1968, Texas Instrument membuat pabrik chip di Singapura dan sejak itu, Lee mendapat kredit dan poin tersendiri karena dianggap telah berhasil membantu mengubah Singapura menjadi pusat pengembangan teknologi. Itulah yang membuat sosoknya kini dikenang sebagai salah satu “tulang punggung” kejayaan Singapura.

Di tengah kritik yang menerpa, Lee Kuan Yew percaya bahwa untuk membangun sebuah negara dibutuhkan disiplin daripada demokrasi. Menurutnya, euforia terhadap demokrasi akan membawa kepada ketidakdisiplinan dan perilaku kacau, yang dapat menghambat pembangunan.

Pada akhirnya Lee membawa status Singapura dari Dunia Ketiga menjadi Dunia Pertama yang sejajar dengan negara-negara maju sebagai warisannya. Ibaratnya, selama tiga dekade, Lee Kuan Yew telah berhasil mengubah Singapura dari sebuah kubangan lumpur yang diremehkan dan dipandang sebelah mata, menjadi sebuah tumpukan berlian yang bersinar di selatan Asia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar