Minggu, 16 April 2017

MISTERI MALAKH YAHWEH DAN KONTROVERSI KEILAHIAN YESUS



Di antara sekian banyak tokoh yang tampil dalam Perjanjian Lama, sosok Malaikat TUHAN (Malakh YAHWEH) adalah salah satu yang ”misterius”. Dikatakan demikian karena tidak banyak deskripsi yang diberikan mengenai sosok ini, sekalipun Sang Malakh YAHWEH muncul beberapa kali dalam ruang dan waktu yang berbeda. Siapakah sosok nan ”misterius” ini? Dan mengapa pula Ia dihubungkan dengan keilahian Yesus yang kontroversial itu?

Sebelum menggeledah lebih jauh, baiklah kita mencatat beberapa hal yang segera menarik perhatian kita kepada sosok Malakh YAHWEH ini. Pertama, sebutan yang diberikan kepadaNya, Malakh YAHWEH atau Malaikat TUHAN, bukanlah sebutan biasa. Rupanya sosok ini tidak bisa disamakan begitu saja dengan mahluk-mahluk malaikat yang juga kerap muncul dalam penuturan Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Nama YAHWEH (TUHAN) yang dilekatkan pada sosok ini bahkan membuat Ia nampak lebih khusus lagi.

Kedua, sosok ini muncul dalam semua jenis kitab yang ada dalam Perjanjian Lama. Ia muncul dalam tiga kitab Taurat (Kejadian, Keluaran, Bilangan); dua kitab Sejarah (Hakim-Hakim, Raja-Raja); satu kitab Sastra (Mazmur) dan satu kitab Nubuat (Zakharia). Mengingat proses pembentukan kitab-kitab tersebut yang merentang selama lebih dari 1000 tahun, kita dapat mengatakan bahwa Malakh YAHWEH adalah sosok yang secara konsisten dipandang sebagai semacam ”Pandito Ratu” oleh berbagai generasi kaum Ibrani.

Ketiga, Ia hanya muncul dalam Perjanjian Lama. Kita tidak akan menemukan sosok ini dalam Perjanjian Baru. Ia seolah ”lenyap” saat datangnya jaman Perjanjian Baru. Apa yang terjadi? Apakah para penulis Perjanjian Baru gagal merekam kehadiranNya?

Seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, Alkitab tidak banyak memberikan deskripsi mengenai Malakh YAHWEH. Namun demikian, Alkitab mencatat beberapa pertemuan antara sosok ini dan manusia. Alkitab juga mencatat percakapan yang terjadi dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Dari catatan-catatan ini kita memperoleh sejumlah data yang dapat digunakan untuk menguak sosok ini. Mengingat keterbatasan tempat, kita tidak akan membahas semua catatan tersebut dalam artikel ini. Untuk saat ini, cukuplah kita menyimak tiga moment pertemuan Malakh YAHWEH dan manusia yang masing-masing dicatat dalam Kejadian 16, Kejadian 22 dan Hakim-Hakim 2.

Kejadian 16:7-13 mencatat pertemuan Malakh YAHWEH dan Hagar, istri Abram (Abraham). Pertemuan ini terjadi di ”…dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur…” ketika Hagar tengah melarikan diri karena persoalan rumah tangga yang dihadapinya. Setelah memerintahkan Hagar untuk kembali ke rumahnya, Sang Malakh YAHWEH berjanji (ayat 10): ”Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.” Perhatikanlah bahwa janji ini serupa dengan janji Allah kepada Abram sebagaimana yang dicatat dalam Kejadian 15:5. Kuasa untuk membuat keturunan, yaitu kuasa untuk menciptakan kehidupan, hanya dimiliki oleh Allah. Jika Malakh YAHWEH menjanjikan bahwa Ia akan membuat keturunan Hagar sangat banyak, itu berarti Ia mengklaim memiliki kuasa yang hanya dimiliki oleh Allah. Dengan kata lain: Ia mengidentikkan diriNya dengan Allah.

Namun demikian, pada ayat ke 11 dari Kejadian 16 tersebut Sang Malakh YAHWEH berkata demikian: ”…sebab TUHAN telah mendengar….” Ada yang janggal disini, mengapa Ia tidak berkata: ”…sebab Aku telah mendengar…”? Jelas disini Ia membedakan diriNya dari Allah (TUHAN/YAHWEH). Sang Malakh YAHWEH menempatkan diriNya sebagai utusan Allah. Jadi, kalau pada ayat 10 Ia mengidentikkan diriNya dengan Allah, maka pada ayat 11 Ia justru membedakan diriNya dari Allah.

Sekarang, mari kita simak Kejadian 22:11-12. Bagian ini mencatat pertemuan Malakh YAHWEH dan Abraham tepat di saat Abraham tengah bersiap untuk mempersembahkan putranya. Pada ayat 12 kita dapat membaca ucapan Sang Malakh YAHWEH: ”Jangan bunuh anak itu…, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Dalam ucapan ini kita menemukan data yang sama dengan yang kita temukan pada Kejadian 16 di atas. Di satu sisi, Sang Malakh YAHWEH membedakan dirinya dari Allah (”…telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah,…”). Di sisi lain, Ia mengidentikkan diriNya dengan Allah (”…engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”)

Pada ayat ke 17 dari Kejadian 22 ini Sang Malakh YAHWEH memberikan janji yang sama dengan janji yang pernah diberikanNya kepada Hagar: ”…maka Aku akan…membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit….” Namun bila kepada Hagar janji itu diberikan atas namaNya sendiri, kali ini janji itu diberikanNya sebagai wakil Allah. Kembali kita melihat bagaimana Sang Malakh YAHWEH mengidentikkan sekaligus membedakan diriNya dengan Allah.

Sebagai contoh terakhir, mari kita simak Hakim-Hakim 2:1-3. Pada bagian ini kita membaca bagaimana Malakh YAHWEH menyatakan bahwa diriNya-lah yang telah menuntun Israel keluar dari Mesir dan membawa mereka ke negeri perjanjian. Sekaligus Ia memperingatkan Israel untuk tidak mengikat perjanjian dengan pihak lain. Lalu dengan nada marah Ia berkata: ”Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku.” Apa yang diucapkan oleh Malakh YAHWEH dalam ayat-ayat ini jelaslah hanya mungkin diucapkan oleh Allah sendiri. Sebab, dari sejarah Israel kita tahu bahwa Allah-lah yang menuntun Israel keluar dari tanah Mesir, Allah-lah yang mengikat perjanjian dengan nenek moyang Israel.

Penulis Kitab Hakim-Hakim mencatat reaksi Israel setelah mendengar ucapan Malakh YAHWEH di atas sebagai berikut (ayat 5): ”Setelah Malaikat TUHAN mengucapkan firman itu kepada seluruh Israel, menangislah bangsa itu dengan keras. …. Lalu mereka mempersembahkan korban di sana kepada TUHAN.” Mengapa si penulis tidak mencatat demikian: ”Lalu mereka mempersembahkan korban di sana kepada Malaikat TUHAN”? Tentu saja yang dimaksud si penulis ialah bangsa Israel mempersembahkan korban kepada Sang Malakh YAHWEH. Namun, si penulis juga ingin mempertahankan konsistensi pengkisahan Malakh YAHWEH dengan kisah-kisah serupa yang muncul dalam Kitab-kitab Taurat — yang nota bene adalah kitab-kitab dasar dalam Kanun Ibrani. Jadi, di satu sisi Sang Malakh YAHWEH digambarkan memiliki otoritas seperti Allah, dan di sisi lain Ia dibedakan dari Allah.

Di dalam Perjanjian Lama kita tidak akan menemukan sosok lain yang menyatakan dirinya dengan dua sisi seperti ini — berbeda namun identik dengan Allah. Bila kita membaca Perjanjian Baru, sosok ini mengingatkan kita pada Yesus Kristus yang berulang kali menyatakan diriNya identik sekaligus berbeda dengan Allah. Dalam Yohanes 10:30, dengan tegas Yesus mengidentikkan diriNya dengan Allah: ”Aku dan Bapa adalah satu.”  Begitu pula dalam Yohanes 14:9 ”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” Atau Yohanes 14:11 ”Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku;…”

Sebaliknya, Yesus juga menyatakan bahwa Ia dapat dibedakan dari Allah. Dalam Yohanes 5:18, Yesus berkata: ”…sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya;…” Pada ayat 26 dari pasal yang sama kita dapat membaca pernyataan Yesus: ”Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.”

Bahwa Yesus mengidentikkan sekaligus membedakan diriNya dari Allah juga terlihat dalam cara Yesus menyebut diriNya sebagai ”Anak” dan menyebut Allah sebagai ”Bapa”. Ini bukan berarti Yesus bermaksud menyatakan Allah pernah beristri dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Yesus. Tidak, bukan itu maksud Yesus. Bahkan Yesus pun pasti menolak jika dikatakan Allah itu memperanakkan atau diperanakkan. Metafor ”Bapa-Anak” digunakan Yesus untuk menggambarkan betapa dekat-melekatnya hubungan antara diriNya dengan Allah. Serentak dengan itu metafor ini juga menggambarkan bahwa keduanya tidak dapat dicampuradukkan. Yesus dan Allah satu dalam dzat-hakekat (esensi), tetapi tetap berbeda dalam pribadi.

Sampai disini kita dapat melihat adanya kesamaan antara sosok Malakh YAHWEH yang misterius dalam Perjanjian Lama dan Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru. Maka kita pun memperoleh titik terang untuk menyingkap misteri ini, yaitu kita patut meyakini bahwa Sang Malakh YAHWEH tidak lain dan tidak bukan adalah bayang samar Yesus Kristus sebelum Ia dilahirkan ke dunia ini sebagai manusia. Keyakinan ini ditopang oleh tiga pertimbangan lain. Pertama, seperti yang sudah disebutkan diawal tadi, sosok Malakh YAHWEH hanya dikenal pada masa Perjanjian Lama, sedang pada masa Perjanjian Baru sosok ini tidak pernah dijumpai lagi. Mengapa? Karena pada masa Perjanjian Baru itu Ia telah menjelma menjadi manusia.

Pertimbangan kedua adalah fakta bahwa Allah tidak mungkin dilihat oleh manusia. Allah hanya dapat dilihat melalui sosok yang berbeda namun identik dengan Allah. Alkitab bersaksi: ”Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” (Yohanes 1:18). Jadi, Allah hanya dapat dilihat melalui Anak Tunggal Allah, yaitu Yesus Kristus. Orang-orang dalam masa Perjanjian Lama pun tak dapat melihat Allah. Mereka hanya dapat melihatNya melalui penampakan Sang Malakh YAHWEH, yang tak lain adalah Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah itu.

Pertimbangan ketiga berhubungan dengan keilahian Yesus, yaitu bahwa Yesus Kristus memiliki dzat-hakekat yang sama dengan Allah. Kesamaan dzat-hakekat ini dimungkinkan karena Ia adalah Firman yang keluar dari Allah (Yohanes 8:42). Dengan demikian, sebelum Ia lahir ke dunia ini sebagai manusia Ia telah ada bersama dengan Allah (pra-ada, pra-inkarnasi, pra-eksisten). Bahkan Ia hadir ketika Allah menciptakan dunia ini. Sebab penciptaan Allah itu tidak mungkin terjadi tanpa kehadiran Sang Firman. Dan memang benar bahwa Allah dan FirmanNya tidak dapat dipisahkan. Tidak ada saat dimana Allah hadir tanpa kehadiran FirmanNya. Firman itu qodim (kekal) dan qoimah (melekat) dengan Allah. Atau dalam kata-kata Kitab Injil Yohanes 1:1 ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”

Bagi umat Kristen, perayaan Natal tidaklah sama dengan perayaan ulang tahun kelahiran sebagaimana yang biasa dirayakan manusia dalam hidupnya setiap tahun. Umat Kristen merayakan Natal untuk mengucap syukur dengan penuh sukacita atas peristiwa ketika Firman Allah itu nuzul (turun) ke dunia ini. Firman itu masuk ke dalam sejarah manusia dari keberadaanNya yang qodim dan qoimah dengan Allah tadi. Namun, berbeda dengan umat agama lain, bagi umat Kristen, Firman itu tidak nuzul menjadi kitab di dunia ini, tetapi nuzul menjadi manusia, dengan sebutan Yoshua Ha-Masiah, alias Isho de-Mesiha, alias Isa Almasih, alias Yesus Kristus.

Selasa, 08 November 2016

TIMOR TIMUR - MONUMEN KEJENIUSAN SOEHARTO



TIMOR, maksudnya Timor Timur, memang sangat penting artinya bagi Soeharto pribadi dan rezimnya. Timor Timur adalah lambang kesetiaan Soeharto dan rezimnya terhadap negara super power Amerika Serikat. Dalam cakupan yang lebih sempit, sejarah nasional, Timor Timur adalah piala kebanggaan Pak Harto untuk mengimbangi prestasi patriotis Bung Karno, yang berhasil menyatukan Papua ke dalam dekapan negara dan bangsa Indonesia.

Alangkah cepatnya bangsa ini lupa. Rasanya baru kemarin, anak-anak sekolah di seluruh negeri ini didoktrin mengenai provinsi ke-27. Mengenai saudara-saudara sebangsa yang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Dan, rasanya masih segar dalam ingatan, betapa Soeharto tampak bangga dan tersenyum sumringah, ketika meresmikan pabrik mobil nasional (mobnas) milik putra kandungnya, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto). Timor, itulah nama yang diberikan Soeharto untuk merek mobil nasional yang sejatinya buatan Korea Selatan itu. Pemberian nama itu sebenarnya mengherankan, karena menyimpang dari kecenderungan sang diktator pada masa itu. Kita tahu, Soeharto pada dekade terakhir kekuasaannya sudah semakin mirip seorang raja, dengan nuansa budaya Jawa Tengah yang kental — termasuk menggunakan primbon saat mengambil kebijakan kenegaraan yang penting. Contohnya pesawat komuter CN-235, produk kebanggaan industri pesawat terbang Nurtanio, oleh Soeharto diberi nama "Tetuko". Lantas, mengapa mobil nasional yang kontroversial itu diberinya nama "Timor"?

Di sisi lain, Timor Timur seperti halnya Aceh adalah alat yang pas untuk siasat cerdik Soeharto, membuat tentara sibuk dalam jangka waktu cukup panjang, agar jangan terulang kembali kejadian moncong tank yang diarahkan ke Istana Negara — seperti yang dialami Bung Karno. Namun bagi rakyat Indonesia, Timor Timur adalah bukti "kejeniusan" Soeharto yang tak terlupakan. Dia korbankan ratusan triliun rupiah, hasil keringat bangsa ini, untuk petualangan yang dungu dan sia-sia, di wilayah tandus yang hanya cocok ditanami kopi itu. Dan, Soeharto hanya duduk manis seperti penonton, ketika puluhan ribu tentara kita terpaksa mundur dari wilayah Timor Timur, dengan label sebagai tentara pendudukan yang kalah. Soeharto tak mengatakan sepatah kata pun, sekadar untuk menghibur puluhan ribu tentara kita yang terpaksa keluar dari provinsi ke-27 itu dengan hati yang hancur dan harga diri terluka, karena tak diijinkan bertempur dan mati demi mempertahankan Merah Putih tetap berkibar di Timor Timur. Puluhan ribu tentara kita terpaksa mundur dari tanah yang diyakininya sebagai bagian dari Tanah Tumpah Darahnya, bagian dari wilayah negaranya yang berdaulat seperti dinyatakan dalam Keputusan MPR. Bukankah itu pengalaman yang benar-benar menyakitkan bagi puluhan ribu laki-laki yang memang dilatih untuk tugas suci itu, untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI? Bukankah hari itu, sesungguhnya dan sejujurnya, adalah hari kekalahan kita sebagai sebuah bangsa?

Bolehkah kita melupakannya begitu saja? Pada dekade 90-an kita menyaksikan perubahan situasi dunia yang dramatis. Negara super power Uni Soviet runtuh dari dalam, menyusul kemudian Tembok Berlin dirubuhkan. Itu menandai berakhirnya era Perang Dingin yang sudah berlangsung hampir 40 tahun, yaitu persaingan ideologis Blok Barat (AS dan sekutu-sekutunya) dengan Blok Timur (Uni Soviet). Tetapi Soeharto, yang memang kurang cakap urusan politik dan diplomasi internasional, tidak mengantisipasi sama sekali dampak perubahan global tersebut. Anak petani asal Kemusuk itu masih juga menggertak rakyat mengenai ancaman kembalinya komunis. Masih tetap represif terhadap kelompok-kelompok yang kritis mengoreksi kepemimpinannya yang makin korup, nepotis dan menyakiti rakyat. Dan masih pula mengandalkan bedil dan penjara untuk mengendalikan Timor Timur. Soeharto tidak mengantisipasi, bahwa konsekuensi logis dari perubahan situasi politik global adalah berubahnya strategi Amerika Serikat dalam mempertahankan hegemoninya di seluruh dunia. Pendek kata, AS tidak lagi menganggap komunis sebagai ancaman, sehingga para pemimpin anti-komunis seperti Soeharto tidak dibutuhkan lagi sebagai sekutu. Khusus mengenai Timor Timur, AS menunjukkan sinyal melepaskan dukungannya, melalui pemberlakuan embargo senjata terhadap Indonesia. Embargo tersebut adalah tamparan buat Soeharto, sekaligus menurunkan wibawanya di mata para jenderal ABRI. Sebagai pembanding, di kala perang merebut Irian Barat dari Belanda, Soekarno mampu mengatasi embargo semacam itu. Dengan kelihaiannya berdiplomasi, presiden pertama RI itu mendapatkan suplai persenjataan berat dari Uni Soviet.

Tapi sebenarnya, pesan paling penting yang disampaikan Pentagon melalui pemberlakukan embargo itu adalah menarik dukungan yang telah diberikan selama 30 tahun terhadap rezim Soeharto. Orang Medan menyebutnya pekong alias pecah kongsi. Dan sejarah membuktikan, setiap diktator yang tak didukung lagi oleh AS pasti jatuh. Contoh paling menonjol kejatuhan Shah Iran Reza Pahlevi dan diktator Filipina Ferdinand Marcos. Perubahan sikap AS tentu menyakitkan bagi Soeharto, yang sejak hari pertama menjadi penguasa Indonesia selalu bersikap sebagai "keponakan" yang patuh terhadap Paman Sam. Tak terhitung banyaknya kebijakan Soeharto yang mencekik rakyat Indonesia, termasuk mengizinkan kaum kapitalis barat menguras habis kekayaan alam negeri ini, asalkan dia bisa menyenangkan AS. Krisis kedele yang terjadi baru-baru ini adalah akibat kepatuhan Soeharto kepada AS, lewat kebijakan yang menyebabkan Indonesia tergantung pada impor kedele dari negara koboi itu.

Pencaplokan Timor Timur juga merupakan servis Soeharto untuk Gedung Putih. Awalnya tahun 1974, Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger diam-diam menemui Soeharto di Cendana, dengan sebuah perintah singkat: Indonesia harus kuasai Timor Timur sekarang juga. Pesan itu disertai peringatan QQC, agar Indonesia mencaplok Timor Timur dengan Quick, Quiet and Clear. Lakukan dengan cepat, jangan berisik dan beres. Ternyata rezim Soeharto mengerjakannya dengan LRS: Lama, Ribut dan Sadis; termasuk pembunuhan beberapa wartawan asing yang membuat dunia internasional marah. Tekanan terhadap Soeharto makin bertambah, karena sejumlah jenderal Angkatan Darat mulai berani mengkritik perilaku anak-anak Soeharto yang terlalu tamak dalam mencari uang, dengan memanfaatkan kekuasaan bapaknya sebagai presiden. Para jenderal itu bahkan mulai menyarankan secara halus, agar demokratisasi mulai dijalankan, dan proses mundurnya Soeharto dari panggung kekuasaan harus segera dipersiapkan. Soeharto merespon imbauan para jenderal itu sebagai tanda-tanda pembangkangan. Tapi karena tidak berani menindak para jenderal itu, dia berpaling mencari dukungan dari kalangan politik Islam, dengan mengangkat Habibie sebagai operator yang kemudian membentuk ICMI. Pertarungan politik inilah yang membuat kebijakan pemerintah mengenai Timor Timur diwarnai dualisme. Kalangan militer menghendaki kucuran dana untuk pembangunan propinsi itu ditingkatkan, sebaliknya kalangan sipil yang dipimpin Habibie lebih memprioritaskan proyek-proyek populis untuk memobilisasi dukungan rakyat miskin, dan juga prioritas industri pesawatnya yang terkenal boros itu.

Aneksasi Timor Timur yang dilakukan rezim Soeharto adalah petualangan yang dungu, mahal dan dan sia-sia. Pengorbanan nyawa ribuan putra-putra bangsa. Hasil keringat ratusan juta penduduk, dikorbankan untuk membangun dusun-dusun primitif di Timor Timur menjadi kota-kota dan desa-desa modern. Anak-anak mereka yang buta huruf dididik sampai menjadi sarjana. Tapi apa imbalannya bagi rakyat Indonesia? Cuma satu kata: PENJAJAH. Suka atau tidak, itulah kenyataannya. Kita semua, Bangsa Indonesia, akan selalu dikenang oleh rakyat Timor Leste sebagai PENJAJAH. Sungguh ironis dan menyedihkan. Dengan semua yang telah dikorbankan oleh rakyat Indonesia demi kemajuan Timor Timur, dengan semua kata-kata agung dan indah "kemerdekaan adalah hak segala bangsa" yang tertulis dalam Mukaddimah UUD 45; dengan segala keberanian dan kepioniran Bung Karno mendorong kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah di Asia dan Afrika, dengan pidato Bung Karno "Mankind is One" yang sangat menggetarkan Sidang Umum PBB, ternyata kita adalah bangsa PENJAJAH. Kita tidak menaruh dendam pada rakyat Timor Timur, hanya lantaran "saudara-saudara sebangsa" itu tak sudi hidup bersama dengan kita, di bawah panji Merah Putih. Sebaliknya kita harus memuji, dengan memilih merdeka mereka telah membebaskan diri dari sejarah kita yang gelap dan berlumur darah, dan dari beban utang luar negeri yang tidak bakal lunas sampai tujuh turunan. MERDEKA!


TIMOR TIMUR, ANAK HILANG YANG BENAR-BENAR HILANG



Timor Timur, wilayah yang pernah menjadi provinsi ke-27 Indonesia, kini telah menjadi sebuah negara berdaulat yang bernama "Timor Leste". Timor Timur awalnya merupakan wilayah jajahan Portugal hingga tahun 1975, yang kemudian berintegrasi dengan Indonesia sesuai dengan keinginan mayoritas rakyat Timor Timur saat itu. Selama Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia, rakyat Timor Timur menikmati kesejahteraan dan kemajuan yang lebih baik dibandingkan masa penjajahan Portugis dan setelah melepaskan diri dari NKRI. Timor Timur akhirnya lepas dari NKRI setelah hasil jajak pendapat yang diadakan Presiden B.J. Habibie pada tahun 1999.


MASA KOLONIAL PORTUGIS

Bangsa Portugis menjajah Timor Timur selama kurang lebih 450 tahun. Rakyat Timor Timur hidup dalam kemiskinan, sebagian besar rakyat buta huruf, dan penuh diskriminasi bahkan dalam pendiskriminasian, penduduk pribumi dilarang menginjak jalan aspal. Sebuah diskriminasi yang dapat dinilai keterlaluan. Hanya ada sedikit sekali lulusan akademi yang dihasilkan bangsa Portugis selama menjajah Timor Timur. Orang-orang pada umumnya hanya tahu Ir. Mario Viegas Carrascalao. Alfred Russel Wallace, seorang naturalis dan ilmuwan, di tahun 1861 pernah mencatat kondisi kota Dili sebagai pusat administrasi Timor Portugis: "Tempat paling miskin bahkan dibandingkan kota-kota termiskin di Hindia Belanda sekalipun. Tak ada tanda-tanda orang bercocok tanam atau peradaban di sekitarnya." Bisa dikatakan nasib bangsa Indonesia ketika dijajah Belanda lebih beruntung walaupun yang namanya penjajahan selalu tidak enak.

Pemberlakuan pemberian finta (upeti) kepada pemerintah kolonial Portugis menimbulkan kebencian di antara para liurai (raja setempat) dan pernah timbul perlawanan pada tahun 1710. Pemberontakan tahun 1710 ini memaksa orang-orang Portugis memindahkan pusat administrasi kolonialnya dari Lifau ke Dili untuk seterusnya sampai orang-orang Portugis hengkang dari bumi Lorosae pada tahun 1975. Pada tahun 1859, gubernur Timor Portugis Afonso de Castro membuat kebijakan tanam paksa yakni tanaman untuk diekspor khususnya kopi. Kebijakan yang menyengsarakan rakyat ini kembali menimbulkan perlawanan terhadap penjajah Portugis yang dipimpin oleh para liurai pada tahun 1861. Sistem kerja paksa kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Jose Celestino da Silva dalam bentuk pembangunan jalan. Di tahun 1908, Gubernur da Silva juga mengganti finta dengan pajak kepala.

Perlawanan liurai yang terbesar dan terakhir adalah perlawanan yang dipimpin oleh Dom Boaventura (liurai Manufahi). Dom Boaventura melanjutkan perlawanan ayahnya, Dom Duarte, yang dipaksa menyerah di tahun 1900. Ia mulai mengadakan perlawanan di tahun 1911. Pemerintah kolonial Portugis mengerahkan pasukan pribumi Timor Portugis ditambah pasukan yang didatangkan dari Afrika Timur Portugis (sekarang Mozambik). Perlawanan berhasil ditumpas pada tahun 1912. Diperkirakan 25 ribu orang tewas selama kampanye menumpas perlawanan Dom Boaventura. Sang liurai ditangkap dan diasingkan ke Pulau Atauro sampai akhir hidupnya. Kemudian pemerintah Timor Portugis memberikan kewenangan langsung kepada suco (desa) sebagai pemerintahan lokal. Dengan demikian, kekuasaan dan pengaruh para liurai menjadi kecil dan penjajah Portugis dapat mengontrol secara langsung hingga ke pedalaman.

Pada tahun 1974, di Portugal terjadi Revolusi Bunga (atau disebut juga Revolusi Anyelir) yang mendorong Portugal mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya termasuk Timor Timur. Partai-partai politik mulai berdiri di Timor Timur: APODETI; FRETILIN; UDT; TRABALHISTA; dan KOTA. UDT (Uniao Democratica Timorense) menginginkan Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. APODETI (Associacao Popular Democratica Timorense) menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. FRETILIN (Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente) menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Ketiganya merupakan tiga partai terbesar. Dua partai kecil lainnya, KOTA (Klibur Oan Timor Aswain) menginginkan pemerintahan tradisional yang fokus pada kepemimpinan liurai sedangkan TRABALHISTA yang didukung oleh komunitas Tionghoa dan Arab hanya menginginkan perubahan yang terkendali. Secara garis besar, dua partai kecil ini sejalan dengan cita-cita APODETI.

Kerusuhan dan pertumpahan darah merebak ke seluruh bumi Lorosae. Dari sisi kekuatan senjata, FRETILIN merupakan fraksi yang terkuat sebab mendapat dukungan dari pasukan pribumi militer Timor Portugis. Pasukan FRETILIN memberikan perlawanan yang hebat baik terhadap pasukan UDT maupun pasukan APODETI. UDT akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tujuan utamanya mempertahankan Timor Timur berada di bawah Portugal dan bersatu dengan APODETI untuk menghadapi FRETILIN. FRETILIN membantai puluhan ribu rakyat yang menginginkan Timor Timur bergabung dengan Indonesia termasuk beberapa tokoh APODETI. Gubernur Timor Portugis waktu itu (gubernur terakhir), Mario Lemos Pires, yang seharusnya bertanggung jawab memulihkan ketertiban dan keamanan justru mengevakuasi sebagian besar pasukan Portugis ke Pulau Atauro dan membiarkan koloni Portugal tersebut dalam kekacauan.

FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan memproklamirkan kemerdekaan Timor Timur pada tanggal 28 November 1975. Partai pro-integrasi, yakni APODETI; UDT; TRABALHISTA; dan KOTA segera mengadakan proklamasi tandingan di Balibo pada tanggal 30 November 1975 yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh Arnaldo dos Reis Araujo (ketua APODETI) dan Francisco Xavier Lopes da Cruz (ketua UDT). Pernyataan sikap politik keempat partai diiringi dengan persiapan pembentukan pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi yang jumlahnya sekitar 40 ribu orang. Dari perbatasan NTT, pasukan yang terdiri dari para pengungsi ini kembali ke Timor Timur dan menyerang kedudukan pasukan FRETILIN secara bergerilya. Tak lama kemudian, ABRI datang dan membebaskan Timor Timur dari kebiadaban FRETILIN. Upaya pembebasan itu dikenal dengan nama "Operasi Seroja".


MASA INTEGRASI INDONESIA

Gabungan partai yang pro integrasi membentuk PSTT (Pemerintahan Sementara Timor Timur) dan mengangkat Arnaldo dos Reis Araujo sebagai gubernur pertama serta Francisco Xavier Lopes da Cruz sebagai wakil gubernur. Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976 Tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur Ke Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Timor Timur menjadi provinsi yang paling unik, karena merupakan satu-satunya provinsi Indonesia bekas wilayah jajahan Portugal, dimana provinsi Indonesia lainnya merupakan bekas wilayah jajahan Belanda. Presiden Soeharto menyebut bersatunya Timor Timur sebagai "kembalinya anak yang hilang".

Berbagai infrastruktur mulai dibangun di provinsi termuda itu, mulai dari jalan beraspal hingga bandara. Bangunan sekolah mulai dari tingkat SD hingga universitas dibangun di Timor Timur. Bandara Komoro (sekarang Bandara Nicolau Lobato) dibangun di Dili sehingga berbagai pesawat dapat mendarat dan terbang ke dan dari Timor Timur. Banyak subsidi dari dana APBN dicurahkan untuk memajukan provinsi termuda ini. GNP per kapita Timor Timur sebesar $1.500 semasa integrasi. Presiden Soeharto juga memerintahkan pembangunan patung Kristus Raja yang menjadi ikon pariwisata Timor Timur dan simbol toleransi terhadap umat Katolik. Patung itu menjadi patung Yesus Kristus terbesar kedua di dunia setelah di Rio de Janeiro. Adalah suatu hal yang unik jika salah satu negara mayoritas Muslim terbesar memiliki patung Yesus Kristus terbesar kedua di dunia. Soeharto juga memerintahkan pendirian Monumen Integrasi berbentuk liurai dengan borgol yang terputus di kedua tangan untuk memperingati perjuangan heroik rakyat Timor Timur dari penjajahan Portugis hingga bersatu dengan Indonesia.

Para transmigran berdatangan untuk menggerakkan roda perekonomian Timor Timur. Para guru dan dokter didatangkan sehingga tingkat kesehatan dan pendidikan rakyat Timor Timur meningkat dengan cepat dibanding masa kolonial Portugis. Penggunaan bahasa Portugis dihapuskan dan diganti bahasa Indonesia untuk mengintegrasikan masyarakat Timor Timur dengan masyarakat Indonesia lainnya. Namun masyarakat Timor Timur tidak begitu terkejut dengan penggunaan bahasa Indonesia berkat jasa-jasa para tokoh APODETI yang dulu memromosikan bahasa Indonesia ke masyarakat Timor Timur. Tidak sedikit putra-putri Timor Timur yang melanjutkan studi hingga ke Pulau Jawa khususnya di Yogyakarta. Walaupun pihak separatis terus "menggonggong" menuduh TNI melakukan pembantaian terhadap orang-orang Timor Timur, ternyata ada banyak putra asli Timor Timur yang turut mengabdi menjadi prajurit TNI.

Namun PBB tidak pernah mengakui Timor Timur sebagai bagian dari Indonesia. Setelah mencairnya Perang Dingin, Amerika Serikat dan Australia yang dulu mendukung Indonesia untuk segera menyatukan Timor Timur kini menjegal Indonesia dengan berbalik menuduh Indonesia telah menduduki Timor Timur dan melakukan pelanggaran HAM berat. Suatu tindakan pengkhianatan terhadap bangsa Indonesia. Australia dan Portugal membantu perjuangan diplomasi FRETILIN dan CNRT (Conselho Nacional de Resistencia Timorense, partai pecahan FRETILIN) sedangkan Indonesia harus berjuang sendiri. Untungnya ada beberapa negara mengakui Timor Timur sebagai bagian dari Indonesia yaitu negara-negara ASEAN, Argentina, Arab Saudi, Irak, dll. Mengapa Australia dengan begitu munafik mendukung kemerdekaan Timor Timur? Karena Australia ingin menguasai ladang minyak di Celah Timor (Timor Gap). Australia dahulu mendukung proses integrasi Timor Timur ke Indonesia hanya karena takut bahaya komunis akan mencapai garis depan Australia jika Timor Leste merdeka sebab FRETILIN beraliran komunis.

Gerakan separatis semakin kuat dan kekacauan terjadi di seluruh Timor Timur. Untuk itu, ABRI segera membentuk berbagai kelompok milisi pro integrasi yang terdiri dari putra-putra asli Timor Timur. Nama-nama kelompok milisi yang dibentuk : Gadapaksi (Garda muda penegak integrasi), BMP (Besi Merah Putih), Saka, Sera, Mahidi (Mati hidup dengan Indonesia), Makikit, Halilintar, dll. Komando tertinggi kelompok-kelompok milisi tersebut berada di tangan Joao da Silva Tavares selaku panglima PPI (Pejuang Pro Integrasi). Para milisi siap menyerang pemberontak FALINTIL (Forcas Armadas da Libertacao Nacional de Timor Leste, sayap militer CNRT) dan para pendukung kemerdekaan dan menghancurkan tempat-tempat yang dianggap milik para pendukung kemerdekaan demi memertahankan integrasi. Salah satu aksi para milisi yakni mengepung dan menghancurkan rumah seorang tokoh CNRT, Manuel Viegas Carrascalao, sebab selama ini rumah tersebut dipakai untuk menampung 124 pendukung kemerdekaan. Di satu sisi, para pendukung kemerdekaan juga melakukan hal yang sama kepada para pendukung integrasi. Monumen Pancasila di Vikeke tidak luput menjadi salah satu sasaran pengrusakan kelompok pro kemerdekaan. Banyak warga sipil yang mengungsi ke perbatasan NTT untuk menghindari kekerasan yang terjadi di Timor Timur.

Setelah rezim Orde Baru jatuh, tahun 1999, Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie memutuskan untuk mengadakan referendum. Referendum tersebut penuh dengan kecurangan. Referendum tersebut berada di bawah tanggung jawab UNAMET (United Nations Mission in East Timor) dan dipenuhi dengan berbagai kecurangan. Perekrutan local staff diambil hanya dari orang-orang yang pro kemerdekaan atau yang akan memilih opsi merdeka. Sebagian besar lokasi TPS terletak di dekat pemukiman masyarakat pro kemerdekaan. Para orangtua dan saudara yang memiliki anak atau saudara anggota milisi pro integrasi dilarang memilih. Banyak orangtua yang dipaksa bahkan diancam untuk memilih opsi merdeka. Tanggal 5 Agustus 1999 di Bobonaro, salah seorang anggota UNAMET yang bertugas menerima pendaftaran berkata: "Kedatangan UNAMET hanya untuk bekerjasama dengan FALINTIL, bukan dengan Indonesia." Akibat dari ucapan ini, sempat terjadi keributan dengan pihak pro integrasi. Pernah juga terjadi kejadian di mana beberapa petugas Palang Merah asal Australia ditangkap karena membawa kartu referendum yang opsi merdeka telah dilubangi. Hasilnya 79% memilih merdeka, 21% memilih tetap bersatu dengan otonomi luas. Pertikaian kembali pecah pasca referendum karena para pendukung integrasi merasa kesal atas kecurangan yang terjadi selama referendum. Bagaimanapun Indonesia dengan terpaksa harus mengakui hasil referendum tersebut.


MASA PASCA INTEGRASI

Timor Timur berada di bawah PBB hingga tahun 2002. Tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur resmi diakui kemerdekaannya secara internasional. Timor Timur menjadi sebuah negara dengan nama "Republik Demokratik Timor Leste". Kay Rala Xanana Gusmao menjadi presiden pertama dan Mari Bin Amude Alkatiri menjadi perdana menteri pertama negara itu setelah melepaskan diri dari NKRI tahun 2002.

Walaupun telah merdeka, rakyat Timor Leste tetap hidup dalam kemiskinan bahkan semakin melarat. GNP per kapita yang awalnya $1500 turun drastis menjadi $300. Penggunaan dolar AS sebagai mata uang Timor Leste menyebabkan standar hidup menjadi tinggi dan daya beli masyarakat menurun. Australia akhirnya berhasil memeroleh keinginannya, ladang minyak Celah Timor. Berdasarkan perjanjian, 80% hasil dari ladang minyak tersebut untuk Australia dan hanya 20% untuk Timor Leste. Harga BBM di Timor Leste sangat mahal sehingga tidak jarang mobil-mobil orang Timor Leste "minum" premium bersubsidi di Timor Barat padahal mereka tidak pantas mendapatkan itu sebab mereka bukan lagi warga negara Indonesia.

Pemerintah Timor Leste menerapkan bahasa Portugis dan bahasa Tetum sebagai bahasa nasional tetapi bahasa Portugis yang lebih diutamakan. Dengan begitu, pemerintah Timor Leste telah "sukses" memundurkan Timor Leste hingga 30 tahun ke belakang. Dalam semalam rakyat Timor Leste menjadi buta bahasa karena pada faktanya hanya kurang dari 3% dari seluruh penduduk Timor Leste yang fasih menggunakan bahasa Portugis. Sebagian besar yang bisa berbahasa Portugis berasal dari generasi tua. Mayoritas penduduk Timor Leste justru fasih berbahasa Indonesia karena selama 24 tahun mereka hidup bersatu dengan Indonesia.

Akibat dari kebijakan bahasa itu, wajah pendidikan Timor Leste turut menjadi bobrok. Sekolah diliburkan selama sembilan bulan hanya untuk memberi kursus bahasa Portugis kepada para guru Timor Leste. Pemerintah juga menawarkan kepada para pelajar beasiswa untuk melanjutkan studi di Portugal. Hasilnya banyak di antara mereka yang gagal dalam studi. Mereka hanya mendapat pelatihan bahasa Portugis selama lima bulan sebelum berangkat ke Portugal. Untuk ujian saringannya saja menggunakan bahasa Indonesia.

Pertikaian antar etnis juga sering terjadi. Pada tanggal 8 Februari 2006, lebih dari 400 pasukan Timor Leste etnis Loro Monu melakukan aksi mogok sebagai aksi protes karena merasa didiskriminasi. Pemerintah memecat sebanyak 594 pasukan etnis Loro Monu. Para prajurit desertir di bawah Mayor Alfredo Alves Reinado segera melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Kerusuhan juga terjadi di seluruh penjuru Timor Leste. Ratusan bangunan dibakar dan dijarah, sementara 20 orang dilaporkan tewas dalam pertikaian antara etnis Loro Monu dan Loro Sa'e. Pemerintah Dili tidak dapat mengendalikan pemberontakan tersebut hingga meminta bantuan militer Australia, Portugal, Selandia Baru, dan Malaysia tetapi hanya tentara Australia yang datang.

Pasukan PBB pun akhirnya turun tangan menjaga keamanan dan ketertiban di Timor Leste. Tanggal 29 Mei 2006, ratusan orang berdemonstrasi di luar istana presiden sambil meneriakkan yel-yel anti PM Mari Alkatiri karena pemerintahannya dianggap gagal. Di hari yang sama, sebuah gudang pangan milik pemerintah Timor Leste di lain tempat turut dijarah. Pada tanggal 11 Februari 2008, Presiden Jose Manuel Ramos Horta nyaris terbunuh oleh tembakan anak buah Mayor Alfredo Reinado, Amaro da Costa. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya keamanan di Timor Leste. Mayor Alfredo Reinado sendiri tewas beberapa hari kemudian. Tugas pasukan PBB di Timor Leste berakhir pada bulan Desember 2012 dan keamanan dan ketertiban kembali diserahkan kepada pemerintah Timor Leste.

Bagaimanapun masa terindah atau masa kejayaan Timor Timur bukan pada saat merdeka tetapi pada saat integrasi dengan Indonesia. Mungkin ada banyak orang Timor Leste yang kini tengah merindukan masa-masa integrasi di mana mereka bisa hidup sejahtera. Akankah mereka suatu saat kembali bersatu dengan Ibu Pertiwi? Semoga.


Sabtu, 26 Maret 2016

DULU DIHINA, KINI DIKAGUMI DAN DIKENANG

Beberapa kalangan menganggap bahwa penampilan seseorang pada masa muda akan mencerminkan kehidupan orang itu pada masa tua. Namun, tidak dengan orang-orang berikut ini. Mereka yang dahulunya diremehkan, justru menjadi tokoh-tokoh yang akhirnya dikagumi di seluruh dunia. Berikut ini adalah daftar orang yang pernah diremehkan dan menjadi sukses.


1. ADAM KHOO


Dia orang Singapura. Waktu kecil, ia adalah penggemar berat games dan TV. Sehari, ia bisa berjam-jam di depan TV, baik main PS atau hanya menonton TV. Adam Khoo dikenal sebagai anak bodoh. Ketika kelas empat SD, ia dikeluarkan dari sekolah, dan akhirnya masuk ke SD terburuk di Singapura. Ketika akan masuk SMP, ia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, ia masuk ke SMP terburuk di Singapura. Begitu terpuruknya prestasi akademisnya, tapi lama kelamaan mulai  membaik justru karena cemoohan teman-temannya, hingga akhirnya ia memperoleh kesuksesan di dunia bisnis. 

Prestasi Adam di dunia bisnis ditandai pada saat Adam berusia 26 tahun. Ia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset per tahun US$ 20 juta. Kisah bisnis Adam dimulai ketika ia berusia 15 tahun. Ia berbisnis music box. Bisnis berikutnya adalah bisnis training dan seminar. Pada usia 22 tahun, Adam Khoo adalah trainer tingkat nasional di Singapura. Klien-kliennya adalah para manajer dan top manajer dari perusahaan-perusahaan di Singapura. Bayarannya mencapai US$ 10.000 per jam.


2. ALBERT EINSTEIN


Siapa yang belum tahu Albert Einstein? Dialah ilmuwan terkenal abad 20 yang terkenal dengan teori relativitasnya. Dia juga merupakan salah satu peraih Nobel. Siapa sangka jika dia adalah seorang anak yang terlambat berbicara dan mengidap autisme. Waktu kecil dia juga dikenal suka lalai dengan pelajaran.


3. THOMAS ALPHA EDISON


Suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. Ibunya kemudian membaca kertas tersebut,
"Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah."
Sang ibu terhenyak ketika membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, ”anak saya Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia.

Tommy kecil adalah Thomas Alpha Edison yang kita kenal sekarang, salah satu penemu terbesar di dunia. Dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.

Siapa yang menyangka bahwa bocah tuli dan bodoh yang sampai-sampai diminta keluar dari sekolah itu, akhirnya bisa menjadi seorang jenius? Jawabannya adalah sang ibu! Ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alpha Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya.


4. LUDWIG VAN BEETHOVEN


Jika anda mengenal seorang wanita yang sedang hamil, yang telah mempunyai 8 anak, tiga diantaranya tuli, dua buta, satu mengalami gangguan mental dan wanita itu sendiri mengidap sipilis, apakah anda akan menyarankannya untuk menggugurkan kandungannya? Jika anda menjawab "iya", maka anda baru saja membunuh salah satu komponis masyur dunia. Karena anak yang dikandung oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig Van Beethoven. Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak. Tetapi, akhirnya ia menjadi komponis yang terkenal dengan karya 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan masih banyak lagi.


5. LOUIS BRAILLE


Louis Braille mengalami kerusakan pada salah satu matanya ketika berusia 3 tahun. Waktu itu secara tidak sengaja dia menikam matanya sendiri dengan alat pembuat lubang dari perkakas kerja ayahnya. Kemudian mata yang satunya terkena Sympathetic ophthalmia, sejenis infeksi yang terjadi karena kerusakan mata yang lainnya. Kebutaan tidak membuatnya putus asa, ia kemudian menciptakan abjad Braille yang membantu orang buta agar juga bisa membaca. Sekarang siapa yang tidak tahu abjad Braille?


6. ABRAHAM LINCOLN


Kisah Lincoln merupakan contoh klasik orang-orang yang benar-benar berani gagal. Gagal dalam bisnis pada tahun 1831, dikalahkan di pemilu lokal AS pada tahun 1832, gagal sekali lagi dalam bisnis pada tahun 1833, istri meninggal tahun 1835, mengalami patah semangat dan hampir frustasi pada tahun 1836, gagal memenangkan kontes pidato pada tahun 1837, gagal menduduki Senat AS pada tahun 1840, gagal dipilih menjadi anggota Kongres AS pada tahun 1842, tetapi dilantik menjadi anggota Kongres AS pada tahun 1846, gagal lagi menjadi anggota Kongres pada tahun 1848, gagal menjadi anggota Senat AS pada tahun 1855, gagal menjadi Wakil Presiden AS pada tahun 1856, gagal lagi menjadi anggota Senat AS pada tahun 1858. Akhirnya pada tahun 1860, ia dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-16 dan menjadi salah satu Presiden yang sukses dalam sejarah Amerika Serikat.


7. BILL GATES


Nah, ada yang tidak kenal Bill Gates? William Henry Gates III, atau yang lebih dikenal Bill Gates adalah pendiri (bersama Paul Allen) dan juga ketua umum perusahaan perangkat lunak Amerika Serikat, Microsoft. Ia juga merupakan seorang filantropis melalui kegiatannya di Yayasan Bill & Melinda Gates. Ia pernah menempati posisi pertama dalam orang terkaya di dunia versi majalah Forbes selama 13 tahun (1995 hingga 2007). Siapa sangka dulunya dia drop out (DO) dari Universitas Harvard dan sebelumnya pernah bekerja sebagai Office Boy?


8. MARK ZUCKERBERG


Yang satu ini dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari keringatnya sendiri. Bagaimana tidak, dimulai dari sebuah situs penghubung mahasiswa Harvard, ternyata banyak yang menyukainya, dan dengan nekat, ia mengikuti jejak seniornya, Bill Gates dengan DO dari Harvard untuk mengembangkan situs tersebut menjadi Facebook yang kita kenal sekarang. Tahukah anda? Mark pernah menolak tawaran Friendster yang ingin membeli Facebook dengan nilai 10 juta US$ 10 Juta, tawaran dari Viacom US$ 750 Juta, dan yang paling mengagetkan adalah tawaran dari Yahoo! sebesar US$ Satu Miliar.


9. SOEHARTO


Siapa sangka ia pada masa kecilnya pernah hampir diremehkan ibunya sendiri dengan berpindah-pindah pengasuh hingga lebih dari dua kali dan jenjang pendidikannya pun tidak sampai tamat SMP? Namun adakah yang mengira bahwa orang itu akan menjadi Presiden paling dikenang sepanjang sejarah Indonesia dan salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia?


10. WALT DISNEY


Siapa yang menyangka jika Walt Disney, salah satu orang terkaya yang pernah ada, dulunya bekerja di media cetak. Sayangnya karir Walt tidak begitu bagus dan akhirnya ia dipecat dari perusahaannya. Sang pimpinan berdalih jika ide-ide Walt sudah kacangan dan tak mampu membuat sesuatu yang menarik.

Setelah dipecat dari perusahaan koran tempatnya bekerja, Walt kemudian berpikir keras dengan pikirannya yang katanya tak lagi kreatif itu. Kemudian diciptakannya Mickey Mouse sebagai awal kiprah Disney yang menggila seperti sekarang.




LEE KUAN YEW, SANG MACAN ASIA


Singapura adalah sebuah negara kota (city-state) di wilayah Selat Malaka yang kini menjadi salah satu pusat perdagangan dan keuangan termakmur di dunia. Pada era pra 1960-an, Singapura dikenal sebagai sebuah pulau atau kota jajahan Inggris di wilayah Asia Tenggara yang kumuh, terbelakang, dan diramalkan tidak dapat berkembang. Namun, berkat tangan dingin Lee Kuan Yew, kini semua prediksi itu dapat diputarbalikkan secara menakjubkan dan membawa Singapura menjadi negara dengan pencapaian ekonomi yang dikagumi seluruh dunia.

Dengan pandangannya yang amat pragmatis, Lee Kuan Yew berhasil mengubah Singapura dari sebuah pulau kecil yang tidak memiliki sumber daya alam menjadi sebuah keberhasilan ekonomi.
Penggabungan antara kapitalisme negara dan pribadi yang diterapkannya menjadikan Singapura sebagai sesuatu yang sering disebut pengamat sebagai "The Miracle of Asia" ("keajaiban di Asia")

Singapura saat ini merupakan negara dengan pendapatan per kapita terbesar di Asia Tenggara. Bahkan di dunia, pendapatan per kapita rakyat Singapura selalu menempati posisi 10 besar. Saat Lee Kuan Yew mengambil alih kepemimpinan di Singapura, PDB per kapita negara tersebut hanya sebesar $400 dan kini berada di kisaran $60.000.

Jalanan Singapura, 1960
Jalanan Singapura, 2019

Di bawah kepemimpinan Lee, Singapura menjadi sejahtera, modern, efisien, dan bebas korupsi sehingga mengundang para investor asing berdatangan ke negaranya.

Namun di balik keberhasilan ekonomi itu, tak sedikit yang mengecam catatan hak asasi manusia di negara pulau tersebut.


MASA AWAL

Lahir pada 16 September 1923 di Singapura, Lee Kuan Yew merupakan generasi ketiga dari pendatang asal Tiongkok. Lee Kuan Yew juga memiliki darah Jawa dari neneknya (Ko Lien Nio), yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah.

Ia dibesarkan dengan pengaruh Inggris yang kuat dan kakeknya memanggilnya dengan "Harry Lee", yang menjadi nama panggilannya pada masa kecilnya.

Lee muda menjalani pendidikan di sebuah sekolah Inggris di Singapura. Namun, pendidikan lanjutannya terganggu oleh pendudukan Jepang di Asia Tenggara pada tahun 1942.

Selama tiga tahun, ia terlibat dalam perdagangan gelap namun pada saat bersamaan menggunakan bahasa Inggrisnya untuk bekerja di departemen propaganda Jepang.

Setelah perang, Lee terbang ke London untuk belajar di London School of Economics (LSE), sebelum kemudian pindah belajar hukum di Universitas Cambridge.

Ketika hidup di Inggris, Lee Kuan Yew menjadi pemuja Radio BBC World Service dan ikut serta berkampanye untuk kawan satu universitasnya yang mencalonkan diri sebagai anggota parlemen untuk daerah pemilihan Devon, London Barat.

Lee Kuan Yew, yang menganut ideologi sosialisme pada masa kuliah, akhirnya pulang ke tanah kelahirannya, Singapura, dan menjadi penasehat hukum serikat buruh yang terkenal.


MENJADI PERDANA MENTERI

Tahun 1954, Lee Kuan Yew mendirikan Partai Aksi Rakyat (People's Action Party / PAP), dan sekaligus menjadi Sekretaris Jenderal PAP yang pertama, yang kemudian dijabatnya selama hampir 40 tahun.

PAP kemudian meraih suara mayoritas dalam pemilihan umum 1959 dan di tahun yang sama, Singapura resmi lepas dari kendali Inggris.

Tahun 1963, Lee kemudian membawa Singapura bergabung dengan Federasi Malaysia namun rangkaian kekerasan antar-etnis, membuat Singapura dikeluarkan dari Federasi Malaysia dan kemudian menjadi negara merdeka sepenuhnya pada tahun 1965.

Walau lepas dari Malaysia, hubungan dagang dan militer tetap terjalin sementara Inggris mempertahankan pangkalannya di Singapura untuk mendukung pertahanan bersama Singapura dan Malaysia.

Setelah resmi merdeka, Singapura bukan tanpa masalah. Negara tanpa sumber daya alam dan sering kekurangan air itu sempat membuat Lee Kuan Yew bingung. Untungnya berkat nasihat Dr Albert Winsemius, seorang ekonom Belanda, Singapura perlahan-lahan berjaya. Nasihat Winsemius kepada Lee saat itu adalah membuat kesepakatan pasar dengan Malaysia sekaligus menawarkan kerja sama perdagangan dengan Indonesia.

Oleh Winsemius, Lee juga diminta membuka peluang pasar di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Tidak hanya melakukan saran Winsemius, Lee kemudian juga berinisiatif membentuk Singapore Tourist Promotion Board. Ketika industri mulai bergerak, pengusaha lokal di berbagai usaha, seperti kosmetik, minyak goreng, krim rambut, bahkan kapur barus diberikannya insentif.

Dengan perekonomian yang mulai bertumbuh, beberapa investor pun mulai memindahkan industri mainan, tekstil, dan garmennya ke Singapura. Beberapa peninggalan Inggris pun dimanfaatkan Lee untuk membangun negaranya. Properti seperti tangsi militer milik Inggris di daerah Pasir Panjang yang disulap menjadi Universitas Nasional Singapura (NUS), pangkalan AU Inggris di Changi yang menjadi Bandara Internasional Changi, dan dok perkapalan di Sembawang yang kemudian disewakan kepada Amerika Serikat, sukses dijadikan Lee sebagai pendukung peningkatan perekonomian.

Lee Kuan Yew pun mulai menerapkan program reformasi besar-besaran untuk mengubah Singapura dari yang pernah disebut 'limbah kemelaratan dan degradasi' menjadi negara industri modern. Dan tak ada yang bisa menyangkal keberhasilan Lee Kuan Yew dalam reformasi tersebut.


KEBIJAKAN

Apa kunci keberhasilan Lee Kuan Yew membangun Singapura itu? Kebijakan apakah yang ditempuh? Berikut ini adalah kebijakan dan warisan Lee Kuan Yew terhadap Singapura.


1. Membuat Undang-Undang (UU)

Salah satu konsep yang diterapkan Lee Kuan Yew dalam membangun Singapura adalah membuat Undang-Undang (UU). Dia percaya bahwa UU yang bermanfaat merupakan sebuah kerangka dasar bagi stabilitas sosial dan pembangunan nasional.


2. Membatasi Demokrasi

Lee Kuan Yew dikenal sebagai pimpinan bertangan besi. Tak jarang gayanya yang otoriter membuatnya banyak dikritik oleh lawan politiknya.

Untuk menjamin keberhasilan transformasi Singapura, Lee menerapkan pengendalian politik yang ketat atas aspek-aspek kehidupan, yang membuat negara itu menjadi masyarakat yang paling diatur di dunia.

Kebijakan Lee Kuan Yew itu dan caranya memimpin mendapat banyak kritik dari negara Barat karena membatasi demokrasi atau kebebasan berpendapat di Singapura. Namun, dia memiliki pendapat tersendiri mengenai demokrasi.

"Saya tidak pernah khawatir yang berlebihan atau terobsesi dengan sebuah jajak pendapat. Antara dicintai dan menjadi takut, saya selalu percaya Machiavelli benar. Jika tidak ada yang takut terhadap saya, maka saya tidak berarti apa-apa,” ungkap Lee Kuan Yew, ketika itu.

Dia menyatakan bahwa setelah masyarakat memilih pemimpin maka harus menerima undang-undang yang diberlakukan dan membuat upaya bersama untuk mencapai tujuan pembangunan.

Dia kemudian menangkap para pengkritiknya tanpa lewat pengadilan, membatasi kebebasan media dan penerbitan asing, termasuk menangkap sejumlah wartawan.

"Kebebasan pers, kebebasan media berita harus di bawah kebutuhan integritas Singapura," ungkapnya lagi, suatu waktu.

Untuk membenarkan tindakannya, Lee menuduh bahwa koran-koran didanai dari kepentingan asing yang jahat.

Sebagian pengecamnya mengatakan tindakan itu tidak diperlukan karena dengan menguasai semua kursi di parlemen maka ada jaminan untuk dukungan penuh program-programnya tanpa mengambil langkah-langkah penindasan.

Lee, yang menegaskan dirinya anti-Komunis, malah dituduh menerapkan pemerintahan gaya komunis melalui kebijakan-kebijakannya.

Namun berbeda dengan negara komunis pada umumnya, rakyat Singapura justru menikmati keuntungan dan keberhasilan ekonomi dari gaya kepemimpinan Lee.

Dari tahun 1960 hingga 1980, pendapatan per kapita Singapura meningkat sampai 15 kali lipat.


3. Mempromosikan Pembangunan Ekonomi

Lee mendorong inovasi dan membuka pintu untuk dunia luar. Dia mengatakan bahwa kualitas sumber daya suatu bangsa ada pada sumber daya manusia, yang menjadi faktor paling menentukan dalam daya saing nasional.

Di bawah peraturannya, pelaksanaan kebijakan ekonomi internasional telah membuat Singapura menjadi salah satu basis manufaktur yang paling penting dari ekspor dan impor.


4. Membangun Infrastruktur

Kebijakan ekonomi Lee Kuan Yew menitikberatkan kepada pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Hal tersebut sukses menjadikan Singapura sebagai tujuan investasi yang menarik juga menjadi tujuan bagi talenta-talenta dari seluruh dunia. Kebijakan Lee yang menjadikan Singapura sukses dari sisi ekonomi antara lain membangun infrastruktur dengan serius, menerapkan sistem perpajakan rendah dan transparan, serta membangun birokrasi yang bersih dan efisien. Lee juga membangun kerangka regulasi dan hukum yang kuat, yang memberikan kejelasan bagi para investor di Negeri Singa tersebut. Kebijakan Lee untuk membangun Singapura dengan konsep “kota hijau” juga ikut berperan terhadap suksesnya ekonomi Singapura.

Beberapa kebijakan infrastruktur yang menjadi kunci kebangkitan Singapura pada masa pemerintahan Lee adalah pembangunan Bandara Changi yang difungsikan sebagai perhubungan transportasi di kawasan Asia Tenggara setelah negeri tersebut memperluas Bandara Paya Lebar. Pemosisian negeri tersebut sebagai penghubung di laut dan udara untuk aktivitas negara-negara tetangganya, membuat Singapura bisa menikmati kedudukan sebagai tempat transit terpenting untuk bisnis multinasional di kawasan Asia.


5. Peraturan Wajib Militer

Lee diminta untuk membangun Angkatan Bersenjata Singapura (SAF). Dia meminta bantuan dari negara-negara lain, khususnya Israel, seperti nasihat pelatihan dan fasilitas.

Lee memperkenalkan wajib militer. Semua laki-laki bertubuh sehat di usia 18 tahun ke atas diwajibkan untuk mengikuti Jasa Nasional (NS), baik di Angkatan Bersenjata, Kepolisian, maupun Angkatan Pertahanan Sipil Singapura.


6. Sistem Kesejahteraan Yang Unik

Lee menerapkan sistem Central Provident Fund. Ini merupakan sebuah sistem bagi warga Singapura yang sudah bekerja untuk wajib menabung atau memiliki tabungan, terutama guna dana pensiun, kesehatan, dan kebutuhan rumah tangga.


7. Menekankan Pentingnya Pengetahuan

Lee menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa induk di Singapura, sedangkan Mandarin sebagai bahasa kedua Singapura. Dia ingin membentuk pola pikir Inggris pada warga Singapura. Dia menekankan pentingnya pengetahuan dalam transformasi ekonomi tetapi juga menolak pemisahan klasik antara beasiswa dan kewirausahaan.


8. Menggalakkan Program Imigrasi

Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas, Lee melakukan kebijakan untuk menggalakkan imigrasi ke negaranya. Lee kemudian meminta kepada masyarakat Singapura untuk membantu mereka beradaptasi di lingkungannya. Hingga saat ini Singapura merupakan salah satu negara yang ramah terhadap imigran, terutama para imigran yang memang memiliki kualitas tinggi.


9. Memberantas Korupsi dan Menerapkan Program Kerakyatan

Dalam upaya membangun Singapura, Lee juga menempuh langkah-langkah pemberantasan korupsi dan mewujudkan kebijakan rumah murah serta program industrialisasi untuk menciptakan lapangan kerja.

Pada saat yang bersamaan dia merangkum etnis-etnis yang beragam untuk menciptakan satu identitas unik Singapura yang didasarkan pada multikulturalisme.

Masa kecilnya di sekolah tampaknya membuat dia percaya pada hukuman fisik.

"Saya duduk membungkuk di kursi dan mendapat tiga kali (pukulan). Saya tidak pernah mengerti kenapa para pendidik di Barat amat menentang hukuman fisik. Tidak ada bahayanya bagi saya dan kawan-kawan di sekolah."


10. Melakukan Rekayasa Sosial

Kebijakan yang juga dilaksanakan dengan dengan ketat oleh Lee adalah keluarga berencana, dengan memberi hukuman kepada orang tua yang memiliki lebih dari dua anak lewat sistem pajak.

Namun belakangan Singapura mendorong agar para perempuan tamatan universitas memiliki lebih banyak anak dengan mengecualikan mereka dari kebijakan keluarga berencana, yang masih diperlakukan bagi perempuan yang tidak tamat universitas.

Pemerintah Singapura secara sistematis juga berupaya untuk membentuk warganya agar berperilaku sopan, tidak bising, menyiram WC, dan tidak mengunyah permen karet. Bila ada yang melanggar hal tersebut, Lee tak segan memberikan hukuman pajak kepada warganya.

"Kami disebut negara pengasuh," kata Lee dalam salah satu wawancara dengan BBC.

"Namun hasilnya adalah saat ini kami berperilaku lebih baik dan kami hidup di tempat yang lebih bisa diterima dibanding 30 tahun lalu," tambahnya.

Walau menikmati standar hidup tinggi, sejumlah para pemilih muda mulai menolaknya dan bergeser ke partai oposisi namun tetap saja partainya selalu menang pemilu dengan suara mutlak.


11. Menekankan Pembangunan Sumber Daya Manusia

Lee Kuan Yew percaya bahwa kualitas sumber daya manusia sebuah negara merupakan hal mendasar yang akan menentukan kualitas daya saing dari negara tersebut. Lee sangat menitikberatkan pentingnya ilmu pengetahuan dalam mendukung transformasi di bidang ekonomi. Lebih jauh Lee menolak untuk membedakan pentingnya akademisi dan entrepreneur. Ia berpendapat bahwa seorang akademisi harus juga menjadi penemu, inovator, pedagang dan entrepreneur, dan mereka harus bisa memberikan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.


KONTRIBUSI PADA NEGARA TETANGGA

Selain membangun negaranya, Lee Kuan Yew juga ikut berkontribusi pada kemajuan negara-negara tetangganya, termasuk Indonesia. Berikut adalah beberapa kontribusi Lee Kuan Yew pada pembangunan Indonesia.


1. Mendirikan ASEAN

Lee Kuan Yew merupakan salah satu tokoh penggagas berdirinya ASEAN bersama dengan Soeharto dan tokoh lainnya dari Malaysia, Filipina, serta Thailand.


2. Berkontribusi Pada Kemajuan Kota Batam

Lee Kuan Yew merupakan salah satu tokoh yang turut bekerjasama dalam membangun Batam bersama dengan Presiden Soeharto dan Ketua Otorita Batam yang merangkap Menristek, Bacharuddin Jusuf Habibie. Berkat kontribusinya, Batam bertransformasi dari sebuah pulau kosong yang berpenduduk sedikit menjadi salah satu pusat investasi dan motor penggerak perekonomian nasional Indonesia dan juga memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat di Indonesia dan Asia Tenggara.

Warisan Lee Kuan Yew di Kota Batam adalah ikut mendirikan kawasan industri Batamindo bersama dengan Soeharto dan B.J. Habibie. Selain itu, ia juga ikut mendirikan kawasan pembangunan Sijori yaitu Singapura, Johor, dan Riau bersama dengan Soeharto dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad.


3. Saran Kepada Indonesia

Lee Kuan Yew pernah mengemukakan saran kepada Indonesia apabila ingin menjadi negara maju. Di dalam bukunya yang berjudul "One Man's View of the World", jika Indonesia ingin maju ada tiga hal yang harus dibenahi, yakni: (1) Membenahi kemacetan politik; (2) Menghilangkan praktik korupsi; dan (3) Membangun infrastruktur yang baik untuk menunjang perekonomian.


PENGUNDURAN DIRI DAN WARISAN

Tahun 1990 Lee mengundurkan diri setelah meraih kemenangan dalam tujuh pemilu dan merupakan perdana menteri dengan jabatan terlama di dunia.

Di bawah kepemimpinannya, Singapura bertransformasi dari negara berkembang menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan dunia.

Beberapa pihak berpendapat keberhasilan Singapura dibayar dengan pembatasan hak-hak pribadi dan media, namun formulanya jelas, membuat Singapura menjadi negara kecil dengan kekuatan besar.

"Di dunia yang berbeda, kita perlu menemukan niche (ceruk) untuk diri sendiri, satu sudut yang biarpun ukuran kita kecil, kita bisa tampil dengan peran yang berguna untuk seluruh dunia." jelasnya dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV Tiongkok tahun 2005.

Lee Kuan Yew telah menorehkan banyak prestasi dan mewariskan kemakmuran bagi Singapura. Prestasi terbesarnya mungkin ada pada kesuksesannya menjadikan Singapura negeri meritokrasi, bebas korupsi, dan setara bagi semua ras. Selain itu, Lee juga berhasil membantu membentuk Singapura menjadi salah satu kota dengan tata kelola yang terbaik di seluruh dunia.

Prestasi lain yang telah ditorehkan Lee adalah program pengadaan rumah susun atau apartemen yang layak bagi masyarakat Singapura ekonomi rendah dan menengah melalui strategi Housing Development Board (HDB).

Pada 1968, Texas Instrument membuat pabrik chip di Singapura dan sejak itu, Lee mendapat kredit dan poin tersendiri karena dianggap telah berhasil membantu mengubah Singapura menjadi pusat pengembangan teknologi. Itulah yang membuat sosoknya kini dikenang sebagai salah satu “tulang punggung” kejayaan Singapura.

Di tengah kritik yang menerpa, Lee Kuan Yew percaya bahwa untuk membangun sebuah negara dibutuhkan disiplin daripada demokrasi. Menurutnya, euforia terhadap demokrasi akan membawa kepada ketidakdisiplinan dan perilaku kacau, yang dapat menghambat pembangunan.

Pada akhirnya Lee membawa status Singapura dari Dunia Ketiga menjadi Dunia Pertama yang sejajar dengan negara-negara maju sebagai warisannya. Ibaratnya, selama tiga dekade, Lee Kuan Yew telah berhasil mengubah Singapura dari sebuah kubangan lumpur yang diremehkan dan dipandang sebelah mata, menjadi sebuah tumpukan berlian yang bersinar di selatan Asia.



Kamis, 24 Maret 2016

PERBEDAAN KRISTEN KATOLIK ROMA DAN KRISTEN PROTESTAN


Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan merupakan dua mazhab (aliran) di kalangan Kekristenan yang sering menjadi perhatian. Kedua aliran ini memiliki beberapa perbedaan yang hingga saat ini tidak dapat disatukan.

Saat ini terjadi kesalahpahaman banyak orang terhadap istilah "Kristen", yang seringkali hanya diidentikkan dengan Kristen Protestan. Definisi Kristen secara umum adalah sebuah kepercayaan monoteistik yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus (Isa Al-Masih) menurut kitab Perjanjian Baru. Sebagian besar denominasi agama ini meyakini bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, serta Juruselamat / Mesias yang telah dinubuatkan dalam kitab Perjanjian Lama. Kekristenan mula-mula muncul sejak para rasul / murid-murid Yesus Kristus disebut pertama kali sebagai "Kristen" di Antiokhia (Kis 11:26).

Istilah "Kristen" berasal dari kata dalam bahasa Yunani "χριστιανος" / "Kristianos" yang berarti "Pengikut Kristus". Dalam perkembangannya, Kekristenan pecah menjadi tiga aliran (gereja) besar karena perbedaan pendapat para pengikutnya, yakni Kristen Ortodoks; Kristen Katolik Roma; dan Kristen Protestan. Jadi, dalam hal ini, istilah "Kristen" tidak hanya identik dengan Kristen Protestan, misalnya pertanyaan "Kamu Kristen atau Katolik?" Padahal dalam pengertiannya, Katolik juga termasuk salah satu aliran dalam agama Kristen.

Kontroversi yang juga sering mengemuka di kalangan non-Kristen adalah bahwa Kekristenan mengakui ada tiga Tuhan. Padahal, sama seperti Yahudi dan Islam, Kristen mempercayai hanya ada satu Tuhan atau Allah Yang Esa, dan juga merupakan salah satu agama Monoteisme yang bermula dari Abraham (Ibrahim) (Mrk 12:29). Perbedaannya adalah, umat Kristen mempercayai bahwa di dalam Satu Wujud Allah tersebut terdiri dari Tiga Pribadi yang sama esensi-Nya, sama kedudukan-Nya, sama kuasa-Nya, dan sama kemuliaan-Nya (Mat 28:19). Ketiga Pribadi Allah di dalam iman Kristen tersebut, yakni Bapa (Pribadi Allah sebagai Sang Pencipta / Patriarkh / Pelindung), Putra (Yesus Kristus, Firman Allah yang menjelma menjadi manusia) (Yoh 1:1-5), dan Roh Kudus (Roh Allah yang ada di hati tiap manusia dan menuntun / membimbing manusia untuk melakukan setiap Firman dan kehendak-Nya) (Yoh 14:15-17). Tetapi ketiganya tetap merupakan satu Tuhan / Allah Yang Esa yang disebut sebagai "Allah Tritunggal".

Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara aliran Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan.


KEPAUSAN

Paus Fransiskus
Perbedaan mendasar Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan yang pertama adalah, umat Kristen Katolik Roma memiliki Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang bertahta di Vatikan. Yang dianggap sebagai Paus pertama adalah Paus Santo Petrus, salah satu dari 12 rasul / murid Yesus Kristus, walaupun semasa hidupnya Petrus tak pernah mendirikan agama. Dari kemunculan agama Kristen sejak abad pertama hingga saat ini sudah ada sekitar 300-an Paus. Paus yang saat ini menjabat adalah Paus Fransiskus, yang mulai menjabat sejak tahun 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI. Akan tetapi, umat Kristen Protestan tidak mengakui / memiliki pemimpin tertinggi layaknya Kristen Katolik Roma. Hal ini memicu perpecahan di kalangan Kekristenan pada abad pertengahan. Alasannya dapat ditelusuri dari abad pertengahan di Eropa.


Pada zaman itu, Paus Leo X ingin membangun gereja terbesar dan terindah di dunia yang disebut "Basilika Santo Petrus" di Vatikan. Pembangunan gereja ini dimaksudkan untuk menggantikan Basilika Santo Petrus yang lama. Karena kekurangan dana, Paus Leo X kemudian mengambil langkah-langkah yang sebenarnya melenceng dari ajaran Kristen Katolik Roma sendiri, yakni salah satunya dengan cara menjual "surat indulgensia" / "surat pengampunan dosa". Hal itu kemudian memicu protes pada tahun 1517 dari salah seorang pendeta Jerman bernama Martin Luther dengan 95 dalilnya yang dikenal dengan "95 dalil Luther", yang menegaskan bahwa keselamatan manusia semata-mata hanya oleh karena anugerah Allah di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan melalui tradisi gereja (otoritas Paus; hakikat penitensia; dan manfaat indulgensia), serta amal perbuatan baik manusia. Karena kritiknya itu, Martin Luther kemudian memisahkan diri dari Gereja Katolik dan memulai gerakan "Reformasi Protestan" sejak tahun 1517, yang mengembalikan fungsi gereja kepada otoritas Alkitab dan tidak terikat pada tradisi-tradisi semata. Hal itu kemudian membuat Martin Luther dikucilkan dari Gereja Katolik dan reformasi gereja yang dilancarkannya dicap oleh Gereja Katolik sebagai "gerakan sesat".

Martin Luther, Reformator Gereja & Pendiri Aliran Kristen Protestan
Kristen Katolik Roma memandang otoritas Paus dan Gereja Katolik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari Kekristenan. Hal ini karena dalam pandangan umat Kristen Katolik Roma, Paus merupakan "Vikaris" atau Pengganti Kristus, yang menggantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja yang kelihatan. Umat Kristen Katolik Roma percaya bahwa Paus adalah Kepala Gereja sedunia. Sebagai Vikaris Kristus, Paus berfungsi sebagai wakil duniawi Kristus di dunia ini dan bertindak sebagai pemimpin gereja dalam menentukan apa yang benar, tepat, patut, dan pantas bagi semua umat Kristen Katolik Roma. Menurut ajaran Kristen Katolik Roma, Paus tidak bisa keliru bila berbicara mengenai masalah iman dan moral yang harus dianut oleh seluruh gereja. Sehingga, Paus memiliki kemampuan untuk berbicara "ex cathedra" (dengan otoritas tentang masalah-masalah iman dan praksis iman), serta menetapkan ajaran yang sempurna dan mutlak yang mengikat semua orang Kristen. Sebagai cara / upaya untuk menetapkan / menegakkan otoritas Paus dan Gereja Katolik, maka Kristen Katolik Roma menyandarkan diri pada suksesi apostolik yang telah dilaksanakan secara turun-temurun sejak abad pertama hingga saat ini.


Pandangan tentang perlunya otoritas Paus dan Gereja Katolik ini, didasarkan pada keyakinan umat Kristen Katolik Roma bahwa Kristus sendiri-lah yang memberikan otoritas kepada Rasul Petrus (Mat 16:16-19) dan penerusnya, yaitu para Paus, untuk mendirikan satu gereja, yaitu Gereja Katolik, sebab Dia menghendaki agar gereja bertahan hingga akhir zaman (Mat 28:19-20). Otoritas ini kemudian juga diberikan kepada para rasul lainnya – yang kemudian diteruskan oleh para uskup (Mat 18:18; Yoh 20:21-23). Mereka inilah yang kemudian disebut dengan "Magisterium Gereja". Fungsi pengajaran ini ditegaskan Yesus dalam Lukas 10:16 "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku." Karena Kristus sendiri yang memberikan otoritas kepada Paus dan para uskup, maka umat Kristen Katolik Roma kemudian mengikuti apa yang diperintahkan Kristus dan memberikan diri untuk mentaati pengajaran yang diberikan oleh Magisterium Gereja – yang bersumber pada Kitab Suci dan Tradisi Suci. Dengan otoritas ini, maka Gereja Katolik dapat melewati sejarah selama 2.000 tahun dengan tetap mengajarkan pengajaran iman yang sama dari satu generasi ke generasi yang lain.

Akan tetapi, umat Kristen Protestan tidak mengakui otoritas Paus dan Gereja Katolik. Dalam hal ini, Kristen Protestan berpandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna atau tidak bisa keliru, termasuk Paus dan para uskup. Menurut Kristen Protestan, hanya Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja yang tunggal dan mutlak. Kristen Protestan mempercayai bahwa otoritas gereja hanya berasal dan bersumber dari Firman Tuhan, bukan dari suksesi apostolik. Kuasa dan otoritas rohani tidak bergantung pada tangan seorang manusia saja, tetapi sepenuhnya bersandar pada Alkitab sebagai Firman Tuhan. Umat Kristen Protestan percaya bahwa hanya kuasa Roh Kudus di dalam hati setiap manusia yang mampu membimbing dan memberikan petunjuk tentang hal-hal apa yang harus dilakukan / dikerjakan oleh gereja sesuai dengan kehendak Tuhan.


KONSEP GEREJAWI


Satu hal mencolok yang memang berbeda antara Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan adalah pemahaman konsep gerejawi atau ekklesiologi. Bagi Kristen Katolik Roma, Kristus mendirikan satu gereja, yaitu Gereja Katolik (Mat 16:16-19). Gereja Katolik inilah yang menjadi Tubuh Mistik Kristus (Ef 1:23; Ef 5), yang mempunyai empat sifat, yaitu satu; kudus; katolik; dan apostolik, serta menjadi sakramen keselamatan bagi seluruh bangsa. Arti dari empat sifat Gereja Katolik tersebut adalah:

Satu - Pertama-tama seluruh pengikut Kristus disatukan oleh satu tubuh, satu roh, satu Tuhan, dan satu baptisan (Ef 4:4-5) yang sama. Ada kemajemukan yang luar biasa dalam Gereja Katolik. Ini disebabkan karena perbedaan anugerah Allah dan juga keanekaan orang yang menerimanya. Dalam kemajemukan tersebut, kesatuan gereja diamankan oleh ikatan persekutuan dalam hal:
  • Pengakuan iman yang satu dan sama sebagaimana diwariskan oleh para rasul
  • Perayaan ibadat bersama terutama dalam hal sakramen-sakramen
  • Suksesi apostolik
Kudus - Kekudusan gereja pertama-tama bukan terletak pada kesucian para anggotanya tapi pada kesatuannya dengan Kristus sebagai Kepala Gereja.

Katolik - Artinya umum, universal, tidak dibatasi oleh wilayah, bahasa atau etnis tertentu.

Apostolik - Iman akan Yesus Kristus mewarisi iman para rasul. Jadi, isi iman seseorang tidak boleh menyimpang dari ajaran Yesus sebagaimana diteruskan oleh ke-12 rasul-Nya.

Selain itu, menurut Kristen Katolik Roma, gereja juga harus dimengerti sebagai cara dan tujuan. Dengan kata lain, gereja adalah pemberian Allah, tanda kasih Allah kepada umat Allah yang harus diterima, dijaga, dan sekaligus menjadi tujuan, karena gereja didirikan oleh Kristus, dijiwai oleh Roh Kudus dan mengantar umat manusia kepada keselamatan.

Sedangkan menurut Kristen Protestan, gereja dipandang sebagai persatuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Bagi umat Kristen Protestan, dimanapun persekutuan umat beriman yang percaya dan bersatu dalam kasih Kristus, maka dapat disebut sebagai Gereja. Gereja juga merupakan Tubuh Mistik Kristus (Ef 1:23; Ef 5). Gereja tidak hanya dipandang dari ajaran, tradisi, pendeta, dan bangunan gedung gereja, melainkan hakikat dari gereja itu sendiri dengan Kristus sebagai Batu Penjuru dan dijiwai oleh Roh Kudus. Dalam hal ini, umat Kristen Protestan mendasarkan segala hal yang berkaitan dengan tradisi, kepemimpinan gereja, dan hal lain yang berkaitan dengan gereja hanya kepada otoritas tunggal Alkitab serta bimbingan dari kuasa Roh Kudus.


CARA BERDOA


Cara termudah membedakan antara umat Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan adalah dengan memperhatikan saat mereka akan berdoa. Sebelum berdoa, biasanya umat Kristen Katolik Roma membuat tanda salib. Tanda salib ini digunakan sebelum dan sesudah berdoa. Tanda salib dibuat dengan tangan telunjuk kanan menyentuh dahi – dada – bahu kiri – bahu kanan secara urut. Sedangkan umat Kristen Protestan tidak membuat tanda salib (hanya melipat tangan biasa).


INTI AJARAN

Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan memiliki beberapa perbedaan inti ajaran yang sering menjadi perdebatan di kalangan umat kedua aliran Kekristenan ini. Berikut ini adalah beberapa perbedaan yang mendasar, yaitu:

1. Doktrin Kitab Suci


Apakah nama kitab suci umat Kristen? Keliru apabila nama kitab suci agama Kristen adalah Injil. Sebenarnya nama kitab suci umat Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan itu sama, yaitu Alkitab / Al-Kitab. Injil hanyalah sebagian kecil dari Alkitab yang khusus menceritakan kehidupan Yesus Kristus. Perbedaan utama antara Alkitab Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan adalah mengenai jumlah kitab. Di dalam Alkitab Protestan hanya terdapat 66 kitab (39 kitab Perjanjian Lama & 27 kitab Perjanjian Baru), sedangkan Alkitab Katolik lebih tebal daripada Alkitab Protestan, dengan 75 kitab (48 kitab Perjanjian Lama & 27 kitab Perjanjian Baru). Perbedaan ini terjadi, karena di dalam kitab Perjanjian Lama umat Protestan hanya terdapat 39 kitab, yang disebut sebagai kitab Protokanonika ("kanon pertama") Perjanjian Lama. Hal ini berbeda dengan kitab Perjanjian Lama umat Katolik, yang dimana terdapat tambahan 9 kitab yang disebut sebagai kitab Deuterokanonika ("kanon kedua") Perjanjian Lama. Kitab-kitab ini tidak diakui kebenarannya di ajaran Kristen Protestan. Kristen Protestan menggolongkan 9 kitab tambahan dalam Perjanjian Lama itu sebagai kitab "Apokrif" / "Apokrifa" ("non-kanonik") dan meyakini bahwa kitab-kitab itu seharusnya tidak menjadi bagian dari kitab suci. Beberapa alasan tidak diakuinya kitab-kitab Deuterokanonika itu di dalam kitab Perjanjian Lama umat Kristen Protestan, diantaranya adalah:
  • Kitab-kitab itu tidak pernah dikutip Yesus dan dalam tulisan para rasul hanya sedikit sekali rujukan kepada mereka.
  • Sebagian besar para Bapa Gereja menganggap teks-teks tersebut tidak terinspirasi Roh Kudus.
  • Tidak muncul dalam kanon Ibrani kuno. Sebagian tidak ditulis dalam bahasa Ibrani.
  • Sebagian besar rendah mutunya jika dibandingkan dengan kitab Protokanonika dan tidak layak masuk dalam kitab suci, serta terdapat beberapa kesalahan sejarah yang terlihat, seperti dalam kitab Yudit 1:1 yang menyebut Nebukadnezar sebagai raja Asyur di Niniwe, sedangkan dalam kitab Protokanonika, disebutkan bahwa sebenarnya Nebukadnezar adalah raja Babilonia (Dan 4:4-6 & 30).
  • Mengandung beberapa ajaran yang tidak dipercayai oleh umat Kristen Protestan, diantaranya adalah adanya "Api Penyucian" atau "Purgatori" (2 Mkb 12:38-45); manfaat doa untuk arwah orang yang telah meninggal (2 Mkb 12:42 & 45); serta amal perbuatan baik untuk jaminan keselamatan (Tob 4:10; Tob 12:9 ~ Rom 3:27-28; Gal 2:16; Ef 2:8-9).
  • Baru diakui dalam Konsili Trente pada tahun 1546.
Akan tetapi, Kristen Katolik Roma memiliki beberapa pandangan yang berbeda dengan Kristen Protestan tentang kitab Deuterokanonika, yaitu:
  • Argumen bahwa kitab-kitab itu tidak pernah dikutip Yesus sulit untuk diterima. Banyak kitab Perjanjian Lama yang juga diterima sebagai kitab kanonik oleh Kristen Protestan juga tidak pernah dikutip Yesus (misalnya Ester; Nahum; Zefanya; Hagai; dan Habakuk). Lagipula, ada indikasi kuat bahwa ajaran Yesus dipengaruhi secara mendalam oleh kitab Sirakh. Misalnya, betapa dekatnya Sirakh 10 dengan ajaran Yesus tentang kekuasaan. Beberapa bagian dalam nyanyian Kidung Maria (Luk 1:46-55), juga jelas-jelas mengutip Sirakh 10:14. Dengan membaca Sirakh 11:18, orang akan memperoleh kesan besarnya kemiripan bagian itu dengan ajaran Yesus tentang moral. Sebagaimana sebagian besar orang Yahudi pada zaman-Nya, Yesus pasti juga membaca kitab-kitab Septuaginta.
  • Beberapa Bapa Gereja memang pernah menolak kitab-kitab itu (khususnya Yudit dan Tambahan Ester). Akan tetapi, banyak juga yang mengutipnya. Telaah serius ke dalam tulisan para Bapa Gereja akan menunjukkan bahwa alasan kedua ini pun sulit diterima. Lagipula, tidak semua ajaran para Bapa Gereja diterima sebagai ajaran gereja yang resmi.
  • Tahun penulisan kitab-kitab itu berkisar antara 400 – 4 SM. Pada zaman itu, bahasa Yunani dipakai secara luas dan bahasa Ibrani bahkan sudah tidak dimengerti oleh banyak orang Yahudi. Bagaimanapun, bukan soal bahasa yang penting, melainkan isinya. Isi inilah yang diterima oleh orang-orang Kristen pada zaman Yesus dan para rasul-Nya. Bahkan, ketika para rasul menulis keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) juga menggunakan bahasa Yunani.
  • Tudingan rendah mutu juga sulit diterima. Kitab Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo merupakan dua kitab yang mewakili mutiara kesusastraan Yahudi pada zaman mereka. Gaya cerita kitab Tobit dan Yudit juga terlihat sangat konsisten dan jelas.
  • Kitab-kitab Deuterokanonika sudah dimasukkan ke dalam kanon gereja sejak akhir abad ke-4 M. Sampai sekarang kanon itu tetap tidak berubah. Konsili Trente tahun 1546 hanya menegaskannya kembali.
Perbedaan berikutnya mengenai Alkitab antara Katolikisme dengan Protestanisme adalah prinsip tentang "sufisiensi" (kecukupan) dan otoritas Alkitab. Umat Kristen Protestan meyakini bahwa Alkitab merupakan satu-satunya sumber wahyu khusus dari Allah kepada manusia. Umat Protestan percaya Alkitab saja sudah cukup dan bersifat absolut final sebagai acuan, otoritas, dan kompas iman Kristen. Hanya Alkitab yang mengajarkan kepada umat manusia tentang apa yang diperlukan untuk keselamatan manusia dari dosa. Kristen Protestan berpendapat bahwa Alkitab merupakan satu-satunya standar moral / tingkah laku pribadi umat Kristen. Semua ajaran, gereja, pendeta, pemimpin gereja, pengalaman pribadi, kesaksian, tradisi gereja, filsafat, ideologi, kebudayaan, peradaban, dan praksis Kekristenan harus takluk dan menundukkan diri kepada Alkitab. Supremasi Alkitab (Firman Tuhan) yang menjadi satu-satunya landasan di atas segala sesuatu, merupakan salah satu spirit dan ciri khas Protestanisme. Dalam hal ini, Martin Luther menganjurkan "Orang-orang dan gereja-gereja yang menerima prinsip Supremasi Alkitab (Firman Tuhan) atas segala sesuatu agar menyebut dirinya sebagai Injili." Bagi Kristen Katolik Roma, otoritas tradisi setara dengan Alkitab. Sedangkan bagi Kristen Protestan, tradisi berada di bawah otoritas Alkitab. Tradisi bisa diterima, asalkan sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab. Dalam hal ini, Kristen Protestan berpandangan bahwa gereja pasti rapuh, krisis, menyimpang, dan tersesat kalau tidak dibangun di atas landasan Alkitab saja. Bagi umat Protestan, kebenaran-kebenaran Firman Tuhan (Alkitabiah) merupakan hal yang paling penting di dalam dunia ini, khususnya di dalam iman Kristen.

Ada banyak ayat Alkitab yang menegaskan prinsip tentang kecukupan dan otoritas "tunggal" atau "sentral" Alkitab bagi iman dan praktek Kekristenan yang diakui oleh umat Kristen Protestan. 2 Timotius 3:16 misalnya menegaskan bahwa "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." Sementara itu, Kristen Katolik Roma menolak doktrin dalam Kristen Protestan, yang menyatakan bahwa Alkitab saja sudah cukup. Umat Kristen Katolik Roma percaya bahwa baik Alkitab (Kitab Suci) dan Tradisi Suci sama-sama (sederajat) mengikat umat Kristen. Dalam hal ini, banyak doktrin Kristen Katolik Roma, misalnya "Purgatori" (tempat api penyucian dosa), berdoa kepada Bunda Maria dan orang-orang kudus, dan sebagainya, tidak mempunyai dasar di dalam Alkitab karena hanya didasarkan atas tradisi-tradisi Kristen Katolik Roma. Pada dasarnya, menurut Kristen Protestan, penolakan dan penyangkalan Kristen Katolik Roma pada otoritas tunggal Alkitab dan penekanan Gereja Katolik bahwa baik Alkitab dan Tradisi Gereja adalah sama-sederajat, sangat merusak kecukupan, kelengkapan, dan kesempurnaan Alkitab sebagai Firman Tuhan.

Sedangkan, Kristen Katolik Roma berpendapat, bahwa kitab suci memang merupakan pilar kebenaran, namun Gereja Katolik tidak menganggap bahwa satu-satunya pilar kebenaran hanyalah kitab suci. Penolakan ini disebabkan karena, (a) Kitab suci sendiri tidak pernah mengatakan demikian, bahkan menekankan pentingnya pengajaran para rasul yang disampaikan secara lisan maupun tertulis (2 Tes 2:15) dan otoritas kepemimpinan dalam gereja (Mat 16:18-19); (b) Gereja lahir terlebih dahulu sebelum kitab suci; (c) Dengan inspirasi Roh Kudus, gereja-lah yang menentukan kitab-kitab mana yang masuk dalam kitab suci; (d) Penafsiran kitab suci tanpa ada otoritas yang menentukan interpretasi yang benar, terbukti menghasilkan perpecahan gereja. Menurut Kristen Katolik Roma, mempercayai ketiga pilar ini (Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja), sebenarnya lebih Alkitabiah, jika dibandingkan hanya berpegang kepada kitab suci saja. Kepercayaan Kristen Katolik Roma tentang ini, juga didasari karena Alkitab tidak memuat segala-galanya tentang kehidupan Yesus Kristus (Yoh 21:25), karena perjalanan hidup dan ajaran Yesus selanjutnya diteruskan oleh para rasul secara lisan (tradisi lisan). Di kemudian hari, sebagian tradisi lisan ini ditulis dan menjadi "Injil" (tradisi tertulis). Oleh karena itulah, selain mendasarkan diri pada Alkitab, Gereja Katolik juga memanfaatkan tradisi lisan (Tradisi Suci) seperti yang ditulis oleh para Bapa Gereja dan Magisterium Gereja (ajaran resmi gereja / Paus dalam hal iman dan susila). Jadi, apabila dalam Alkitab tidak ada pembahasan tentang kloningbayi tabung; dan kontrasepsi, maka Gereja Katolik masih dapat memberikan ajaran moralnya secara jelas.

Selain itu, Kristen Katolik Roma mengajarkan bahwa hanya Gereja Katolik yang bisa menafsirkan Alkitab secara tepat. Satu-satunya yang boleh menafsirkan kitab suci hanyalah Magisterium Gereja yang berpusat di Vatikan. Umat biasa tidak diperbolehkan menafsirkan kitab suci. Jadi, umat Kristen Katolik Roma di seluruh dunia hanya mengikuti penafsiran Magisterium tersebut dan tidak boleh menafsirkan kitab suci menurut pengertiannya sendiri. Sementara, Kristen Protestan mengajarkan bahwa Tuhan sudah mengutus Roh Kudus untuk tinggal di dalam orang Kristen yang sudah lahir baru agar mampu memahami pesan Tuhan melalui Alkitab, sehingga semua orang punya hak yang sama dalam menafsirkan kitab suci dan tidak hanya dimonopoli oleh para pemuka agama semata (Yoh 14:16-17; Yoh 14:26; 1 Yoh 2:27).

Dampak signifikan dari perbedaan cara menafsirkan Alkitab ini adalah, umat Kristen Katolik Roma di seluruh dunia lebih bersatu karena memiliki satu pendapat yang sama tentang kitab suci. Jadi, agama Kristen Katolik Roma hanya ada satu di dunia ini dan tidak terbagi-bagi lagi menjadi aliran-aliran lain. Sebaliknya, agama Kristen Protestan terpecah-pecah menjadi aliran-aliran yang lebih kecil yang disebut "denominasi". Aliran-aliran ini muncul karena perbedaan penafsiran Alkitab antara satu kelompok dengan kelompok lain, misalnya adalah Kharismatik; Lutheran; Anglikan; Calvinis; Adven; Reformed; dan lain-lain. Implikasi praktisnya adalah, umat Kristen Katolik Roma dapat bebas beribadah di gereja Katolik Roma manapun di seluruh dunia, karena ajarannya yang sama. Tetapi umat Kristen Protestan biasanya hanya pergi ke satu gereja yang sama seumur hidupnya. Contohnya adalah umat Gereja Bethany harus pergi ke Gereja Bethany yang mungkin jaraknya 10 kilometer dan tidak dapat pergi ke GKI yang letaknya hanya 500 meter dari rumah karena ajarannya yang berbeda (walaupun keduanya merupakan Gereja Protestan). Bahkan sering terjadi selisih paham antara denominasi Protestan yang satu dengan yang lain karena perbedaan pandangan itu.


2. Doktrin Bunda Maria

Di kalangan Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan sering terjadi perbedaan pendapat mengenai posisi Bunda Maria, yaitu ibunda dari Yesus Kristus, di dalam iman Kristen. Dalam hal ini, Kristen Katolik Roma sangat mengkultuskan Bunda Maria. Umumnya umat Kristen Katolik Roma memang sangat mencintai dan menghormati Bunda Maria. Sebagai penghormatan kepada Bunda Maria, dalam tradisi Kristen Katolik Roma terdapat kebiasaan berdoa rosario (rosario = semacam tasbih dengan liontin salib) dan berziarah ke Gua Maria setiap bulan Mei dan Oktober. Akan tetapi, di dalam Kristen Protestan, tidak ada kebiasaan semacam itu karena ajarannya yang memang melarang pengkultusan Bunda Maria.

Maria Ibu Yesus / Bunda Maria
Kristen Katolik Roma berpandangan bahwa Bunda Maria merupakan wanita yang kudus dan mulia dari sejak kelahirannya. Umat Kristen Katolik Roma percaya bahwa Bunda Maria telah dikuduskan oleh Allah dari noda "dosa asal" Adam dan Hawa, sejak dalam kandungan ibunya, yang secara tradisi diyakini bernama Anna / Santa Anna. Bunda Maria kemudian dipilih Allah untuk melahirkan Kristus ke dunia secara ajaib dengan mukjizat dari Roh Kudus, tanpa ada hubungan badani dengan siapapun. Gereja Katolik menghormatinya sebagai seorang ibu yang dianggap memiliki "hubungan batin" yang dekat dengan Tuhan Yesus Kristus, sehingga umat Katolik selalu memohonkan dukungan dan perantaraannya dalam setiap doa kepada Tuhan. Dalam tradisi Katolik, Bunda Maria memiliki banyak gelar, di antaranya adalah "Bunda Allah"; "Ratu Pecinta Damai"; "Bunda Yang Dikandung Tanpa Noda"; dan lain-lain. Umat Kristen Katolik Roma juga percaya bahwa Bunda Maria diangkat jiwa dan raganya ke Surga (Why 12:1), yang diyakini terjadi beberapa saat setelah kematiannya. Namun, Kristen Katolik Roma mempercayai bahwa kematian Bunda Maria itu bukan karena ia berdosa, namun karena ingin mempersatukan dirinya dengan Kristus, yang juga mengalami kematian, meskipun Dia tidak berdosa. Menurut tradisi Gereja Katolik, Bunda Maria dipercaya meninggal dunia di Yerusalem, setelah dijaga oleh Rasul Yohanes selama beberapa tahun di Efesus, hingga akhirnya kembali ke Yerusalem pada masa tuanya. Tradisi gereja juga menyatakan bahwa semua rasul / murid Kristus hadir saat Bunda Maria meninggal dunia, kecuali Rasul Tomas yang baru tiba 3 hari kemudian dari pelayanan di India. Ketika seorang Yahudi mencoba menghalangi pemakaman Bunda Maria dengan memegang erat keranda, kedua tangan orang itu lepas dari tubuhnya. Tangan orang itu baru melekat kembali berkat doa permohonan para rasul, serta pertobatannya. Dalam tulisan "Kepergian Maria" ("The Passing Of Mary") yang dianggap berasal dari Yusuf Arimatea, secara tradisi Rasul Tomas dianggap sebagai saksi penting pengangkatan Bunda Maria ke Surga tiga hari setelah kematiannya. Hal ini dipercaya terjadi dikarenakan kedatangan Tomas yang terlambat dari India, dan ia berniat melihat tubuh Bunda Maria di makamnya. Namun, ketika makam Bunda Maria dibuka oleh para rasul atas permintaan Rasul Tomas, ternyata makam tersebut telah kosong dan beberapa tradisi gereja mengatakan bahwa terjadi penglihatan kepada Rasul Tomas dan para rasul, yaitu Yesus Kristus yang sedang menggendong Bunda Maria dalam rupa bayi, dan Ia berkata, "Bunda-Ku Kuambil dulu, sebagai bukti kepada semua orang percaya, barangsiapa percaya kepada-Ku akan mengalami kebangkitan sama seperti yang dialami bunda-Ku, dan Aku akan membangkitkan mereka sama seperti Aku membangkitkan bunda-Ku." Beberapa tradisi gereja juga mempercayai bahwa Rasul Tomas dan para rasul Kristus lainnya juga diperlihatkan Bunda Maria yang menjatuhkan tali ikat pinggangnya dari langit sebagai bukti bahwa ia benar-benar diangkat jiwa dan raganya ke Surga. Gereja Katolik memperingati hari pengangkatan Bunda Maria ke Surga ini setiap tanggal 15 Agustus.

Bunda Maria diangkat ke Surga
Sementara itu, Kristen Protestan berpandangan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Kristus, seorang wanita biasa, yang juga seorang manusia yang sama seperti wanita dan manusia lain, yang lahir dengan natur "dosa asal" Adam dan Hawa. Namun, oleh anugerah Allah, karena ia seorang yang takut akan Allah, hidup suci, rendah hati, taat dan terbuka kepada Firman Tuhan, Bunda Maria dipilih dan dikuduskan oleh Allah sebagai sarana untuk melahirkan Kristus ke dunia secara mukjizat dari Roh Kudus, tanpa ada hubungan badani. Umat Kristen Protestan menghormati Bunda Maria sebagai seorang ibu teladan, nabiah, dan orang tua Kristus yang baik dan sejati. Akan tetapi, posisi Bunda Maria dalam iman Kristen Protestan tidak jauh berbeda atau setara dengan wanita-wanita lain dan tokoh-tokoh lain dalam Alkitab, seperti para nabi terdahulu dan rasul-rasul Kristus. Bagi Kristen Protestan, hanya Kristus satu-satunya Juruselamat, Penebus, dan perantara / pengantara antara Allah dengan manusia. Teologi Kristen Protestan juga tidak mengenal gelar Bunda Maria seperti "Bunda Allah"; "Ratu Surga"; dan sebagainya. Namun, Bunda Maria lebih dikenal dengan gelar-gelar umum, seperti "Perawan Maria"; "Anak Dara Maria"; dan "Maria Ibu Yesus". Dalam hal ini, Kristen Protestan memandang, bahwa Bunda Maria memanglah ibu Yesus di bumi, namun teologi Protestan menolak ajaran yang menyatakan bahwa Bunda Maria adalah "Bunda Allah". Menurut Kristen Protestan pula, Bunda Maria tidak memiliki peran dalam karya penebusan dosa dan keselamatan manusia oleh Tuhan Yesus Kristus. Karena itu, ajaran Kristen Protestan juga menolak Bunda Maria dijadikan / diangkat sebagai perantara / pengantara tambahan antara Allah dengan manusia. Martin Luther menegaskan "Penghormatan kepada Maria tertuliskan di kedalaman hati manusia yang terdalam. Semua yang menjadi milik-Nya adalah milik kita juga, dan ibu-Nya juga menjadi ibu kita. Penghormatan yang benar kepada Bunda Maria adalah penghormatan kepada Tuhan, pujian kepada rahmat Tuhan. Maria dari dirinya sendiri adalah bukan siapa-siapa, tetapi semuanya demi Kristus. Maria tidak mengharapkan agar kita datang kepadanya, tetapi melalui dia kita datang kepada Tuhan." Doktrin Kristen Protestan juga menolak kepercayaan yang menyatakan bahwa jiwa dan raga Bunda Maria diangkat ke Surga. Bagi umat Protestan, kepercayaan ini sebenarnya bertentangan dengan Alkitab, karena hanya didasarkan atas tradisi-tradisi gereja. Kristen Protestan juga menolak klaim-klaim penampakan-penampakan diri Bunda Maria di banyak tempat seperti di gua-gua. Bagi umat Kristen Protestan, bukanlah Bunda Maria sejati yang menampakkan diri kepada banyak orang tersebut. Akan tetapi, terlepas dari semuanya itu, sesungguhnya umat Kristen Protestan sangatlah menghargai dan menghormati peran Bunda Maria, sebagaimana Pengakuan Iman Rasuli dalam Gereja Protestan, "Aku percaya kepada Allah Bapa Yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria ...".

Dimana atau apakah Bunda Maria pernah dimakamkan, tidak diketahui dengan pasti. Paus Pius XII pernah menyatakan pada 1 November 1950 di Munificentissimus Deus, dogma bahwa: "... setelah menyelesaikan tugasnya di dunia, Perawan Maria diangkat jiwa dan raga ke dalam kemuliaan Surga". Dalam hal ini, baik pandangan yang menyatakan bahwa Bunda Maria pernah dimakamkan atau langsung diangkat ke Surga, semuanya dapat diterima. Yesus berkata: "... Aku akan datang kembali dan membawa kamu ketempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (Yoh 14:3).


3. Doktrin "Lima Sola"

Perbedaan inti ajaran yang ketiga adalah, Kristen Protestan mengakui Lima Sola (Kata Latin Sola berarti "Hanya" / "Saja"), yang dirumuskan oleh para Reformator Protestan, yang menjadi faktor pembeda utama antara Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan. "Lima Sola" tersebut adalah:

Sola Fide ("Hanya Iman") - Ajaran Kristen Protestan menekankan "Sola Fide" ("hanya iman"). Inti dari Sola Fide yaitu seseorang selamat semata-mata karena imannya akan Yesus Kristus (Rom 3:21-31). Ini menolak paham keselamatan sebagai hasil usaha manusia atau perbuatan baik.

Sola Scriptura ("Hanya Kitab Suci") - Sumber iman gereja Kristen Protestan adalah "Sola Scriptura" ("hanya kitab suci"). Inti dari Sola Scriptura yaitu mempertahankan bahwa Alkitab (bukan tradisi gereja atau interpretasi gerejawi dari Alkitab) adalah sumber otoritas final untuk semua orang Kristen. Setiap persoalan yang dihadapi, harus berpegang teguh pada Alkitab sebagai Firman Tuhan.

Sola Gratia ("Hanya Rahmat") - Inti dari Sola Gratia yaitu keselamatan semata-mata merupakan anugerah dari Tuhan. Penjelasannya adalah, Kekristenan mengakui adanya "dosa asal" sehingga penebusan dosa kemudian terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Namun, ada perbedaan ajaran tentang kodrati manusia antara Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan. Kristen Protestan mengajarkan bahwa "dosa asal" menyebabkan kodrat manusia hancur lebur sehingga tidak ada yang baik dalam diri manusia. Karenanya, menurut Kristen Protestan keselamatan semata-mata hanyalah anugerah Tuhan. Sedangkan dalam ajaran iman Kristen Katolik Roma, "dosa asal" membuat kodrat manusia retak / rusak, sehingga masih dimungkinkan adanya "sisi baik" dalam diri manusia. Karenanya, manusia masih mungkin berkehendak dan berbuat baik.

Solus Christus ("Hanya Oleh Kristus") - "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6). Bagi Kristen Protestan, Kristus adalah satu-satunya Pribadi yang dapat membawa manusia kepada hadirat Allah Yang Maha Kudus. Di dalam ke-Ilahi-an dan kemanusiaan-Nya yang tidak berdosa, Dia menggantikan posisi manusia yang seharusnya menerima murka Allah dan merekonsiliasi umat-Nya dengan Bapa Yang Maha Kudus. Jadi, menurut iman Kristen Protestan, Kristus adalah satu-satunya Juruselamat manusia dan tidak ada keselamatan di luar Dia.

Soli Deo Gloria ("Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah") - "bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin" (Rom 16:27). Menurut Kristen Protestan, manusia diselamatkan hanya oleh anugerah Allah tanpa sedikitpun usaha / perbuatan baik ("Sola Fide"). Segala talenta dan karunia yang dimiliki oleh manusia merupakan pemberian Allah semata. Oleh karena itu, segala hal yang dilakukan harus diberikan untuk kemuliaan Allah semata. Dimanapun seseorang berada, hidup manusia harus dilakukan dengan tujuan untuk memuliakan Allah. Manusia tidak berhak mencuri sedikitpun kemuliaan Allah bagi kepentingannya sendiri.


4. Doktrin Keselamatan

Doktrin tentang keselamatan, yaitu bagaimana caranya seseorang diselamatkan dan beroleh kehidupan kekal surgawi. Kristen Protestan berpegang pada asas "Sola Fide", yang menegaskan pengajaran Alkitabiah tentang keselamatan dan pembenaran oleh anugerah di dalam iman kepada Kristus saja (Ef 2:8-10). Umat Kristen Protestan percaya bahwa atas dasar iman di dalam Kristus saja, orang-orang percaya dibenarkan oleh Allah, karena dosa-dosa mereka telah tuntas ditebus oleh Yesus Kristus di atas kayu salib, dan kebenaran-Nya telah dipertalikan kepada mereka. Sementara itu, umat Kristen Katolik Roma mempercayai bahwa kebenaran Kristus telah dipertalikan kepada orang-orang percaya oleh "anugerah melalui iman", namun Kristen Katolik Roma berpandangan bahwa hal itu saja tidak cukup untuk membenarkan orang percaya. Orang-orang percaya juga harus melakukan "perbuatan-perbuatan baik" agar dapat diselamatkan. Doktrin keselamatan Kristen Katolik Roma berikutnya adalah, mengakui tujuh sakramen, yang meliputi: Pembaptisan; Penguatan ("Krisma"); Ekaristi ("Perjamuan Kudus"); Rekonsiliasi ("Pengakuan Dosa"); Pengurapan Orang Sakit; Imamat ("Pentahbisan Menjadi Imam / Pastur"); dan Pernikahan. Menurut Gereja Katolik, ketujuh sakramen ini diinstitusikan sendiri oleh Kristus sebagai cara-cara yang umum untuk menyalurkan rahmat-Nya kepada umat Allah. Sedangkan, Kristen Protestan hanya mengakui dua sakramen, yakni Pembaptisan dan Ekaristi (terkadang juga termasuk Sakramen Pertobatan bagi Gereja Lutheran).

Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan memiliki perbedaan pandangan mengenai sakramen Ekaristi (perjamuan kudus). Gereja Protestan mengajarkan bahwa roti ("hosti") dan anggur hanya merupakan simbol dari kehadiran Tuhan Yesus Kristus. Kristen Protestan berpandangan, bahwa hal yang terpenting dalam sakramen Ekaristi adalah iman bahwa roti dan anggur itu memang adalah Tubuh dan Darah Kristus. Sedangkan dalam sakramen Ekaristi menurut ajaran Gereja Katolik, roti dan anggur itu memang sungguh-sungguh diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus ("transsubstansiasi"). Sekalipun disimpan dalam tabernakel, roti dan anggur itu merupakan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Karena itu, umat Kristen Katolik Roma memiliki kebiasaan menempelkan kedua telapak tangan dan berlutut ke arah tabernakel untuk menghormati Tuhan Yesus yang ada di dalam tabernakel tersebut.


Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan juga berselisih pandangan tentang apa artinya dibenarkan di hadapan Allah. Bagi Kristen Katolik Roma, pembenaran meliputi dibuat benar dan kudus. Kristen Katolik Roma mempercayai bahwa iman di dalam Kristus hanyalah permulaan keselamatan sehingga seseorang harus mengandalkan amal perbuatan baik agar pantas mendapat anugerah keselamatan kekal Allah. Hal ini didasarkan pada keyakinan umat Katolik bahwa selain anugerah dan rahmat Allah, kitab suci juga mencatat hal-hal lain agar seseorang diselamatkan, seperti pentingnya iman untuk keselamatan (Ef 2:8); serta orang akan diadili menurut perbuatannya (Mat 16:27; 1 Pet 1:17). Dengan demikian, aliran Kristen Katolik Roma tidak mempercayai hanya karena iman saja ("Sola Fide"), seseorang dapat diselamatkan, seperti yang dipercayai oleh Kristen Protestan, karena menurut Gereja Katolik, kitab suci secara keseluruhan memang tidak pernah mengatakan demikian. Bahwa iman menjadi syarat keselamatan (Ibr 11:6) adalah benar, namun bukan iman saja. Karenanya, seseorang harus menunjukkan imannya dengan perbuatan, bukan hanya dengan kata-kata atau sekedar keyakinan dalam hati. Umat Kristen Katolik Roma berpandangan, bahwa perbuatan baik memang bukan menjadi syarat utama agar diselamatkan, tetapi adalah bukti bahwa seseorang beriman kepada Kristus. Doktrin ini didasarkan pada pernyataan: "iman tanpa disertai perbuatan pada hakikatnya adalah mati" (Yak 2:17).

Sementara, menurut Kristen Protestan, pandangan Kristen Katolik Roma bahwa perbuatan baik adalah salah satu syarat keselamatan kekal, sebenarnya bertentangan dengan kitab suci seperti di dalam Roma 4:1-12, Titus 3:3-7, dan ayat Alkitab lainnya. Dalam hal ini, Kristen Protestan membedakan antara tindakan pembenaran pada saat seseorang dinyatakan benar oleh Allah didasarkan atas imannya pada penebusan Kristus di kayu salib, dan proses pengudusan setelah lahir baru menuju kedewasaan iman di sepanjang hidup orang itu di dunia ini. Kristen Protestan juga mengakui bahwa perbuatan baik itu penting. Tetapi perbuatan baik itu merupakan buah atau hasil dari keselamatan melalui penebusan Kristus yang telah sempurna. Perbuatan baik bukanlah merupakan sarana atau alat keselamatan, maupun bagian dari proses agar orang diselamatkan. Bagi Kristen Protestan, doktrin Kristen Katolik Roma yang mencampurkan pembenaran dan pengudusan bersama-sama menjadi satu proses yang sedang berlangsung / terus menerus, menyebabkan kebingungan tentang bagaimana cara seseorang diselamatkan.


5. Doktrin "Api Penyucian"

Perbedaan inti ajaran berikutnya adalah, tentang apa yang akan terjadi setelah meninggal. Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan sama-sama mempercayai bahwa orang yang tidak percaya akan masuk neraka kekal, tetapi ada perbedaan-perbedaan penting tentang apa yang terjadi kepada orang percaya. Dari tradisi-tradisi Gereja Katolik dan kepercayaan pada kitab-kitab non-kanonik, Gereja Katolik telah mengembangkan doktrin "Purgatori" / "Purgatorium" (api penyucian). Menurut Kristen Katolik Roma, api penyucian adalah keadaan yang harus dialami oleh orang yang mati dalam rahmat dan persahabatan dengan Allah namun belum secara sepenuhnya disucikan. Keselamatan abadi sudah jelas baginya, namun orang itu harus menjalani penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu agar diperkenankan masuk ke dalam kebahagiaan surgawi. Dengan demikian, api penyucian bukanlah tempat antara surga dan neraka, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai proses untuk masuk Surga. Jadi, api penyucian adalah tempat atau proses dimana seseorang yang beriman harus terlebih dahulu menderita dan dihukum sementara akibat dosa yang dilakukan semasa hidup sebelum masuk ke dalam Kerajaan Allah yang kekal. Akan tetapi, doktrin Kristen Protestan menolak ajaran api penyucian tersebut. Umat Kristen Protestan mempercayai bahwa seseorang dibenarkan oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus saja dan kebenaran-Nya telah diberikan / dipertalikan kepada orang itu, sehingga apabila meninggal dunia, ia akan langsung masuk Surga ke dalam hadirat Allah (2 Kor 5:6-10; Fil 1:23).

"Purgatori" / "Api Penyucian"
Salah satu aspek yang tidak disetujui oleh umat Kristen Protestan tentang doktrin api penyucian adalah kepercayaan bahwa manusia dapat dan harus menebus dosa-dosanya sendiri. Menurut Kristen Protestan, pandangan ini berarti merendahkan kecukupan dan kemujaraban penebusan Kristus di atas kayu salib. Secara implisit, doktrin Kristen Katolik Roma ini menunjukkan bahwa penebusan Kristus di atas kayu salib merupakan pembayaran yang tidak cukup bagi dosa-dosa orang yang percaya kepada-Nya, sehingga seorang percaya harus menebus / membayar dosa-dosanya sendiri di api penyucian. Bagi umat Kristen Protestan, Alkitab mengajarkan bahwa hanya kematian Kristus saja yang bisa mengambil hati, memuaskan, menghilangkan dan mendamaikan murka Allah terhadap orang-orang berdosa (Rom 3:25; Ibr 2:17; 1 Yoh 2:2; 1 Yoh 4:10). Perbuatan-perbuatan baik seseorang tidak dapat menambahkan / mengurangi apa yang telah Kristus selesaikan / kerjakan lewat karya penebusan-Nya di atas kayu salib.


6. Doktrin "Orang Kudus"

Para orang kudus ("saint" dalam bahasa Inggris, disingkat "St" dan ditaruh di depan nama), merupakan orang-orang yang memiliki iman yang sangat kuat sehingga dipercaya sudah masuk Surga. Orang kudus laki-laki disebut "santo", sementara yang perempuan disebut "santa".

Santo Simon Petrus
Nama-nama para orang kudus ini biasanya digunakan sebagai nama gereja, misalnya adalah Gereja Santa Maria; Gereja Santo Petrus; dan lain-lain. Para orang kudus ini juga memiliki hari perayaannya masing-masing (misalnya hari raya Santo Valentinus yang dirayakan setiap 14 Februari). Selain itu, nama para orang kudus ini juga digunakan sebagai nama baptis bagi umat Kristen Katolik Roma, dengan harapan ketika dewasa, mereka dapat meneladani para orang kudus yang namanya digunakan tersebut. Nama-nama santo dalam Kristen Katolik Roma biasanya diakhiri dengan –us, misalnya Petrus; Paulus; Fransiskus; dan lain-lain.

Dalam hal ini, umat Kristen Katolik Roma mempercayai bahwa semua orang beriman dipanggil untuk menjadi rekan sekerja Kristus (1 Kor 3:9). Kalau orang beriman dipanggil menjadi rekan sekerja Kristus, apalagi Bunda Maria dan para orang kudus. Bunda Maria dan para orang kudus adalah mereka yang telah sungguh-sungguh bekerjasama dengan rahmat Allah, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah. Selain itu, Kristen Katolik Roma juga memandang bahwa kematian tidaklah memisahkan orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah dengan umat Allah di dunia ini (Rom 8:38-39).

Sementara itu, di dalam Kristen Protestan, pemujaan kepada para orang kudus adalah hal yang dilarang. Karena itulah, umat Kristen Protestan tidak berdoa, memuja atau beribadah kepada Bunda Maria, orang-orang kudus, atau kepada malaikat. Karena itu pula, umat Kristen Protestan umumnya menggunakan nama-nama tokoh Alkitab atau nabi sebagai nama baptis, contohnya adalah Abraham; Samuel; Daniel; Amos; Hosea; dan lain-lain. Kristen Protestan juga memandang, bahwa orang-orang yang telah meninggal dunia, sama sekali telah terpisah dari umat Allah yang masih hidup / mengembara di dunia ini, dan perbuatan-perbuatan mereka yang turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah, membuat mereka telah menikmati kebahagiaan surgawi bersama Allah dan tidak dapat berhubungan secara langsung dengan umat Allah di dunia ini.


HIERARKI (TINGKATAN)

Romo Katolik
Para pemuka agama Kristen Katolik Roma memiliki hierarki sebagai berikut: romo / pastur – uskup – kardinal – paus. Dengan adanya tangga hierarki itu, para pemuka agama Katolik dapat naik jabatan, bahkan dapat menjadi Paus. Semua Paus dahulu juga berawal dari seorang romo biasa. Akan tetapi, pemuka agama Kristen Protestan (pendeta) tidak memiliki hierarki semacam itu.

Pendeta Protestan
Karena pemuka agama Katolik terdapat hierarki, maka Gereja Katolik pun juga terdapat hierarki, yaitu kapel (gereja kecil) – gereja paroki (tempat kedudukan pastur) – katedral (tempat kedudukan uskup / kardinal) – basilika (tempat kedudukan paus). Semakin tinggi tingkatannya biasanya ukurannya juga semakin besar. Sedangkan Gereja Protestan tidak memiliki hierarki. Jadi, biasanya yang namanya katedral itu merupakan Gereja Katolik (walaupun ada beberapa Gereja Protestan yang menggunakan istilah "katedral").


KEDUDUKAN GENDER DAN KERAHIBAN

Biarawati
Dalam Kristen Katolik Roma hanya laki-laki yang diperbolehkan menjadi romo, sedangkan perempuan tidak boleh. Sedangkan dalam Kristen Protestan, baik laki-laki dan perempuan diberikan hak yang sama menjadi pendeta (walau lebih sering pendeta laki-laki). Namun dalam Kristen Katolik Roma, wanita yang ingin mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan dapat menjadi suster (biarawati). Syarat menjadi suster yaitu tidak diperbolehkan menikah dan harus memakai kerudung seumur hidupnya. Bahkan di negara-negara Barat, pakaian suster yang serba tertutup ini sekilas sangat mirip dengan jilbab. Para pemuka agama Kristen Katolik Roma mulai dari romo hingga Paus juga tidak diperbolehkan menikah alias hidup membujang selamanya. Istilahnya dalam Katolik yaitu "hidup selibat". Hal ini agar para pemuka agama Katolik dapat berkonsentrasi dalam mengajarkan agama Katolik. Sedangkan dalam Kristen Protestan, pemuka agama seperti pendeta diperbolehkan menikah.


PERIBADATAN

Peribadatan umat Kristen Katolik Roma disebut misa, sedangkan peribadatan umat Kristen Protestan disebut kebaktian. Keduanya berbeda dalam hal isi maupun tata cara pelaksanaannya.


PERNIKAHAN


Pada dasarnya, Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan sama-sama mengajarkan bahwa pernikahan di hadapan Tuhan hanya boleh terjadi sekali seumur hidup (Mat 19:6; Mrk 10:9). Perbedaannya adalah, pernikahan di Kristen Katolik Roma benar-benar hanya boleh terjadi sekali seumur hidup dan pihak Gereja Katolik tidak mengijinkan pernikahan yang berikutnya dilakukan di Gereja Katolik manapun, kecuali jika salah satu pasangan tidak dapat meneruskan pernikahan secara "tetap" (contohnya meninggal dunia). Akan tetapi dalam Gereja Protestan, tiap gereja menerapkan aturan / langkah yang berbeda-beda dalam menyikapi hal tentang pernikahan ini.


PENGGUNAAN PATUNG

Salib Protestan (kiri) & Salib Katolik (kanan)
Gereja Katolik biasanya dihias dengan patung-patung, seperti patung Yesus Kristus, Bunda Maria, para santo / santa, hingga patung malaikat. Hal ini dimaksudkan agar punya pandangan seperti apa mereka itu (tidak abstrak). Akan tetapi, Kristen Protestan mengharamkan penggunaan patung dalam gereja karena dianggap berhala. Implikasi dari pelarangan patung ini, salib Katolik memiliki patung Yesus di tengahnya, sedangkan salib Protestan hanya salib biasa tanpa patung Yesus di tengah.


KESIMPULAN

Perbedaan-perbedaan teologis ini sangat penting untuk kita ketahui. Akan tetapi, perbedaan-perbedaan teologis tersebut tidak boleh membuat kita saling memusuhi atau saling membenci, apalagi saling membunuh dan perang saudara. Kita tidak boleh mengabaikan banyak kepercayaan-kepercayaan utama yang mempersatukan kita sebagai sesama umat beragama. Kita semua menyembah Tuhan yang sama, yang memerintahkan kita agar sebagai sesama umat-Nya untuk dapat saling mengasihi, saling membantu, saling mengingatkan, saling bekerja-sama, dan saling menghormati. Prinsipnya adalah seperti yang dinyatakan oleh sejarawan gereja terkenal Philip Schaff, "dalam hal-hal esensial kita bersatu, dalam hal-hal tidak esensial kita bebas bersikap, tetapi di dalam segala hal kita harus saling mengasihi." Amin.